Lihat ke Halaman Asli

Issu SARA di Kota Balikpapan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Balikpapan adalah salah satu kota di Propinsi Kalimantan Timur dan lebih jelas tentang profilnya dapat dilihat pada situs resmi pemerintah Kota Balikpapan atau di Wikipedia.

Data jumlah penduduk kota Balikpapan  559.126 jiwa dengan persentase berdasarkan suku :


  1. Suku Paser 8,77%
  2. Suku Kutai 10,43%
  3. Suku Banjar 12,19%
  4. Suku Bugis 14,44%
  5. Suku Jawa 29,76%
  6. Rumpun Tionghoa 16,76%
  7. Suku Minahasa 6,81%
  8. Suku Batak 3,21%
  9. Suku Aceh 2,08%
  10. Suku Gayo 1,08%
  11. Suku Gorontalo 0,06%


Kota Balikpapan dengan motto Balikpapan Kota BERIMAN; Bersih, Indah, Aman, Nyamman.  kebersihan dibuktikan dengan meraih setifikat kategori clean land dari Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) pada 2-3 Mei 2011 di Yangon, Myanmar dengan posisi kedua setelah Kota Phitsanulok, Thailand.

Tidak berselang lama dengan penerimaan penghargaan tersebut kemudian keamanan pun menjadi salah satu ujian bagi Kota Balikpapan untuk membuktikan diri sebagai salah satu kota teraman di Indonesia dengan sebuah peristiwa yang bisa saja menjadi pemicu kerusuhan dan berujung pada pertumpahan darah antara sesama penduduk Kota Balikpapan.

Peristiwa ini berawal dari perseteruan dua kelompok organisasi massa yakni Gerakan Pemuda Asli Kalimantan Timur (Gepak) dan organisasi massa LaGaligo  yang kemudian condong menjadi isu sara; Bugis-Makassar versus Dayak.

Berdasarkan sumber penulis, Gepak adalah salah satu organisasi yang dibentuk pada saat pemilu gubernur Kaltim tahun 2008 yang lebih banyak berafiliasi atau memberi dukungan kepada Bpk. Awang Faroek Ishak (AFI) yang sekarang sebagai Ketua Partai Golkar Kaltim. Mungkin karena dibentuk pada saat mendekati pemilu gubernur maka Gepak tidaklah  membatasi keanggotaan atau kepengurusanya berdasarkan suku tertentu walaupun pada akhirnya setelah AFI terpilih maka mulai membatasi diri atas suku tertentu atau kelompok tertentu atau asli dan pendatang, berdasarkan dinamika organisasinya.

Lagaligo adalah salah satu organisasi yang baru yang belum seumur jagung dan hampir gagal mendeklarasikan diri pada tanggal 25 Juni 2011 karena kuatnya penentangan terhadap pendiriannya oleh orang-orang Gepak, organisasi Lagaligo inipun sebenarnya tidaklah jauh berberbeda dengan Gepak  karena Ketua Dewan Pembinanya adalah Andi Burhanuddin Solong yang sekarang adalah Ketua DPRD Kota Balikpapan dan terpilih melalui Partai Golkar, Pengurus serta keanggotaan Lagaligo  adalah orang Sulawesi yang didominasi oleh “Bugis-Balikpapan”

“Bugis-Balikpapan” yang penulis maksud adalah Bugis Paser (baca selengkapnya di sini ) dan para keturunan  orang sulawesi dari perkawinan campuran antara etnis di Kalimantan yang kemudian bermukim di Kota Balikpapan dan mayoritas merasa sebagai penduduk asli Kalimantan karena pada faktanya tidaklagi sekedar datang ke Kota Balikpapan karena tugas atau sekedar datang sebagai pencari nafkah namun hidup dan matinya di kota Balikpapan dan pada umumnya tidak mengenal tradisi mudik di saat hari-hari raya keagamaan (melebihi Bang Toyyib), hal ini mungkin disebabkan karena semua asset hidupnya ada di Kota Balikpapan  atau pada umumnya tidak lagi memiliki kampung sendiri di Sulawesi namun tradisi dan adat Bugis pada kegiatan-kegiatan tertentu masih menggunakan ciri bugis seperti pada kegiatan pernikahan, sunatan dan lain-lain.

Beberapa tuntutan atas pendirian ormas Lagaligo dari ormas Gepak (baca: Forum Komunikasi Masyarakat Suku Asli Kalimantan; FKMaSAK  sebagai berikut :

1. FKMaSAK menolak keberadaan ormas kesukuan Lagaligo untuk berkembang di bumi Kalimantan

2. FKMaSAK meminta kepada Pemkot Balikpapan, segera mencabut izin ormas Lagaligo

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline