Lihat ke Halaman Asli

Seandainya Engkau

Diperbarui: 6 Januari 2017   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seandainya engkau diam
seandainya engkau tak merasakan
getaran dan sentuhan
entah apa yang kini kurasakan

setan-setan anti Tuhan
anti kemapanan
bergerak bagai bayangan

penuh ambisi, naluri keserakahan
bercokol mencengkeram
menggenggam tanah harapan

 Ingin mengubah jalan
 memutar kehidupan
 arah yang menentang
 menyusuri langkah kesesatan
 meminta, mendesak, memaksakan

 sementara,
 pemegang tongkat kedigjayaan,
 tak berdaya ditikam rayuan
 dihujani hasutan
 ia begitu percaya pada cerita dusta
 omong kosong dan kepalsuan para pembual
 terpaksa mengabaikan nestapa
 para jelata

 orang dihina, disiksa ,
 dianiaya tanpa salah, tanpa dosa
 fitnah merajalela
 dianggap biasa

 kabut hitam menaungi awan
 kegundahan mencekam
 kontradiksi dengan keadaan
 kelelawar terbang di atas kepala
 mengejek hati yang gelisah

 di balik awan berarak
 aku melihat wajah penuh senyum
 termenung lesu
 hatinya pilu
 menyimpan resah
 kegetiran yang dalam
 di hatimu, di jiwamu
 menyatu bagai bola salju

 kau duka, kau bertanya
 tapi pertanyaanmu membentur
 kepentingan hajat sesaat
 tak ada lagi jalan panjang
 tak ada waktu luang
 ancaman sudah diwujudkan
 sahabat sejati hilang
 ditelan lubang penyelinapan

 kau kembali bertanya
 dan bertanya
 sekeras baja hatimu berupaya
 dengan kelembutan, dengan ketenangan
 tak ada lelah, tak ada putus asa
 demi bangsa, demi masa depan

 pelan tapi pasti, itu katamu
 cuma tekad dan sedikit kekuatan
 kau hantam karang yang menjulang
 kau patahkan tulang belulang, kau hancurkan
 kau tenggelamkan ke dasar lautan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline