Tepat setelah melaksanakan sholat jama'ah tarawih dari masjid (Rabo Malam, 6 Mei 2020) seorang pria muda di desa Karangagung (Palang-Tuban-Jawa Timur) telah mengalami bencana yang membuat hatinya "hancur" dalam sekejap dan mengalami traumatik yang mengakibatkan pikirannya linglung.
Hal itu tidak lain karena pengaruh dari sebuah telpon "misterius" yang menjadikan pikirannya seolah dikendalikan unsur-unsur "ghaib" sehingga tanpa sadar dia mengikuti intruksi-intruksi dari telpon tersebut hingga menurut saja mentransfer uang sebanyak 7 juta rupiah.
Berawal dari sebuah telpon yang datang dari orang yang tidak dikenal yang mengatasnamakan perusahaan belanja online, memberikan kabar tentang "dirinya" yang akan menerima sejumlah hadiah jutaan rupiah. Kontan saja kabar "gembira" itu memberikan perasaan yang meluap-luap dan mendorong diri untuk bergegas mengikuti langkah-langkah yang diinstruksikan untuk mencairkan uang hadiah tersebut.
Pikirnya, uang hadiah itu merupakan barang berkah dan akan bermanfaat, karena pada kondisi sepi kerja dan tekanan pandemik seperti ini memperoleh uang secara "gratis" akan memperlancar jalannya belajan rumah tangga.
Pelan namun pasti, sang penelpon misterius memberikan intruksi secara jelas pada dirinya. Kemudian diikuti dengan perintah untuk mengambil kartu ATM. Tanpa berfikir panjang perintah itu diikutinya saja dan segera meminta istrinya untuk mengambil ATM.
Datanglah dia ditemani istrinya menuju ke ATM unit BRI terdekat (di desanya) untuk mengikuti langkah-langkahnya diberikan "padanya".
Dalam kondisi pikiran seolah tidak sadar tiba-tiba dia mengirimkan sejumlah uang tiga kali kepada tiga nomor yang berbeda yang disertai dengan kode-kode yang dia tidak memahaminya. Mengirimlah dia sejumlah uang hingga mencapai 7 juta rupiah dalam tiga kali gelombang.
Setelah mengirim uang sebanyak itu barulah dia menyadarinya pada proses "mau pengiriman yang keempat" bahwa hal itu merupakan penipuan.
Sadar akan berkurangnya uang yang ada dalam rekeningnya kontan saja dia langsung lemas, shock, dan tubuhnya tak berdaya. Istrinya langsung menangis histeris meratapinya, sampai satpam BRI setempat yang jaga malam dijadikan sandaran tangisannya tanpa sadar.
Dia dan istrinya pun tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya menyesal, stress, bingung dan seolah dunia ini runtuh dalam dirinya. Dunia menjadi ajang yang menakutkan dan tidak lagi ramah bagi dirinya.
Istrinya yang sudah menangis histeris, merasa tertipu dan kehilangan banyak uang seolah menjadi gila mendadak. Uang dalam rekening tersebut tidak hanya miliknya saja, namun juga miliknya ibunya, milik neneknya, milik sepupunya dan milik pamannya. Kebetulan istrinya dianggap orang yang "pintar" menyimpan uang oleh keluarganya maka jadilah istrinya itu "lahan" untuk menitipkan uang.