Pendahuluan
Manusia adalah makhluk rasional. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang tahu dan mau.[1] Kemauannya mengandaikan pengetahuan. Setiap tindakan didasarkan pada pemahaman-pemahaman akan situasi, kondisi, kemampuan, dan semua faktor yang perlu diperhatikan supaya suatu rencana dapat tercapai. Setiap keputusan yang diambil oleh seseorang didasarkan pada pertimbangan yang matang, sehingga kesadaran moral merupakan hal yang mutlak perlu. Kesadaran moral itu suatu realitas dalam diri seseorang. Secara personal, kesadaran moral disebut sebagai suara hati. Setiap orang berhadapan dengan realitas yang kompleks dalam kehidupannya. Sering terjadi bahwa orang gegabah dalam melakukan suatu tindakan. Di tengah kompleksitas masyarakat, orang sering menilai sesuatu dengan keliru sehingga keputusan yang diambil pun keliru. Cara pikir parsial sering mengaburkan suatu permasalahan hidup. Ada juga yang menganggap hal yang salah seolah-olah benar padahal tidak obyektif.
Berdasarkan hal di atas, penulis meyakini bahwa membahas pengembangan suara hati merupakan hal yang mendesak dan urgen. Pengembangan suara hati menjadi hal yang sangat penting supaya mampu mengambil keputusan dengan tepat dan obyektif. Pengembangan suara hati bersifat multidimensional. Baik itu dari dalam diri seseorang (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Usaha mengembangkan suara hati juga mau menunjukkan dan mempertahankan eksistensi diri manusia.
Pengertian dan Realitas Suara Hati
Pengertian Suara Hati
Secara harfiah suara hati berasal dari kedalaman diri seseorang yang menegaskan benar-salahnya suatu tindakan berdasarkan prinsip moral. Suara hati memiliki ciri personal dan adipersonal. Artinya, meskipun suara hati berasal dari kedalaman diri seseorang atau gejala manusiawi tetapi sekaligus juga menunjuk pada realitas Yang Mutlak atau gejala ilahi.
Secara etimologis, kata suara hati berasal dari kata Latin conscientia dari akar kata conscire yang artinya mengetahui bersama atau turut mengetahui. Suara hati adalah kesadaran manusia akan kewajiban moralnya dalam situasi konkret atau penegasan tentang benar-salahnya suatu tindakan manusia dalam situasi tertentu berdasarkan hukum moral. Menurut Franz Magnis-Suseno, suara hati adalah kesadaran seseorang akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia dalam situasi konkret. Dengan kata lain terdapat unsur kognitif di dalamnya.
Realitas Suara Hati
Realitas suara hati tampak dalam gejala munculnya kesadaran akan kewajiban moral yang secara mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar dalam diri setiap orang berhadapan dengan situasi konkret. Dalam hal itu, suara hati menyatakan diri sebagai suara yang penuh otoritas untuk menegur suatu pelanggaran. Di sisi lain, suara hati juga sebagai suara yang penuh otoritas mengesahkan, memuji, dan mendorong seseorang unutk melakukan kewajiban moralnya.
Lembaga-lembaga Normatif
Masyarakat