Lihat ke Halaman Asli

Mengkritisi Pengunaan Bahasa Indonesia Dalam Sinetron “Si Biangkerok Cilik”

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Keke Shintia

Pada zaman sekarang hampir semua saluran televisi menayangkan berbagai macam sinetron, pemilik saluran televise berlomba-lomba membuat sinetron semenarik mungkin agar peringkat mereka tinggi. Namun sayangnya penggunaan bahasa yang di gunakan juga kebanyakan mencontohkan hal yang tidak baik. Misalnya saja tayangan sinetron ‘Putih Abu-abu’ yang tayang pada tanggal ……… sinetron ini snagat banyak digemari oleh masyarakat, khususnya pada kalangan anak-anak. Yang diantaranya diperankan oleh Eza Gionino, Derby Romero, personil girl band Blink, Ratna Kharisma adzhana sebagai para pemain utamanya. Sinetron Putih Abu-abu bercerita tentang kehidupan remaja pada kehidupan masyarakat. Dan sangat mengedepankan tampilan yang “anak muda abis”.

Menurut saya penggunaan bahasa pada sinetron ini sangat berlebihan dan menyimpang, dan tidak sesuai dengan kaidah EYD. Contohnya yaitu ‘gue’ bahasa yang digunakan sebagi pengganti ‘aku’ tau ‘saya’, ‘lo’ kata ini digunakan sebagi pengganti ‘kamu’. Karena dalam sinetron putih abu-abu ini mengedepankan tentang kehidupan remaja maka bahasa yang digunakan dalam sinetron ini juga bahasa yang terlalu gaul yang biasanya banyak digunakan dalam dunia Twitter. Misalnya saja, ‘kamseupay’ yang berarti ‘kampungan sekali udik payah’, ‘ieeeewwwwh’, ‘unyu-unyu’ yang berarti lucu, ‘beib’, ‘kepo’ yang berarti ingin tahu, ‘cimit-cimitku’ ‘bokap’, ‘nyokap’, dan masih banyak lagi sehingga bagi orang yang awam akan aneh dan tidak mengerti ketika mendengar kata-kata tersebut. Ditambah dengan tokoh ‘angle’ dalam peranannya sebagai orang yang jahat dan tidak sopan sehingga menambah dampak negatif bagi penontonnya khusunya anak-anak.

Kemudian, penggunaan bahasa yang digunakan pada sinetron ini juga terlalu kasar dan cenderung tidak sopan khususnya bagi tokoh antagonis yaitu angle. Misalnya aja ‘dasar miskin lo’, ‘bego banget sih lo’, ‘makanya kalo jalan tuh pake mata bukan dengkul!’ dan banyak lagi.Akibat penggunaan bahasa yang seperti ini secara tidak langsung merusak Bahasa Indonesia kita, bahasa Indonesia enggan digunakan menjadi dianggap remeh dan nomor duakan karena masyarakat Indonesia tidak lagi mengenal bahasa baku. Banyak masyarakat tidak mau mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar karena merasa dirinya telah menguasain bahasa Indonesia dengan baik dan benar. tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa gaul.Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan Ayah atau Ibu, tapi anak kecil sekarang ada yang memanggil orang tuanya dengan sebutan bokap dan nyokap.

Selain itu juga sinetron putih abu-abu ini juga banyak menggunakkan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa barat, sehingga menjadi rumit. Misalnya saja ‘well, kita mau kemana guys?’, ‘good job nina rakyat jelata iyuuuh’ atau yg sering kita dengar pada sinteron ini yaitu ‘lets go cimit-cimitku’. Hal ini mengakibatkan banyaknya kalangan anak-anak yang meniru gaya bahasa yang bercampur aduk seperti itu. Sangat buruk untuk generasi berikutnya. Jika hal tersebut terus berlangsung selanjutnya dan tidak hanya dalam sinetron putih abu-abu ini dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja khususnya kalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah kita sebagai generasi dan juga sebagai penikmat hiburan televise harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline