Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Night Festival (JNF) dan Segala Kebaikannya...

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta adalah kota kering tanpa roh kebudayaan.

seperti yang kita tahu, sebuah kota tanpa partisipasi publik, kebudayaan dan interaksi sosial penghuninya adalah sebuah kota mati sebagus apapun fasilitas kota itu.

lalu apa hubungannya itu semua dengan mencegah matinya sebuah kota?

sebuah kota megapolitan seperti jakarta sebenarnya adalah sebuah desa besar, dimana para penghuninya berasal dari desa2 kecil(desa asal mereka), kenapa saya katakan desa. karena memang ruh orang indonesia itu di desa, dimana kegiatan kumpul bersama antar warga adalah prilaku keseharian mereka.  hanya saja begitu mereka masuk ke desa besar bernama jakarta etos kebersamaan antarwarga hilang, jika hidup anda saja selalu seperti dikejar anjing(saya menyebutnya seperti itu krn melihat keseharian org jkt yg selalu terburu2 hingga bernapas senin kamis), bagaimana anda bisa meluangkan waktu tuk berinteraksi dengan warga lain dan menyehatkan jiwa anda?

kota yang mati kebudayaannya, akan membuat sakit penghuninya baik jiwa maupun raga. secara kasat mata kita bisa melihat prilaku negatif itu dari lalu lintasnya(beradabnya suatu penghuni kota dilihat dari cerminan berlalu lintas warganya), sumbu pendek emosinya(mudah marah), sikap individualistis yang tinggi, rendahnya interaksi sosial antar warga. semuanya itu akan berimbas pada kualitas kesehatan jiwa warga kota dalam menjadikan beradab tidaknya suatu kota.

di situlah Jakarta night festival(JNF) hadir, ajang ini untuk meleburkan warga dalam suatu interaksi sosial sehingga warganya sadar bahwa sejatinya manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. ini bukan sekedar ajang menghabiskan 1 milyar dalam semalam. ini adalah soal bagaimana mengingatkan kembali warga jakarta yang 10 juta jiwa bahwa kota ini seyogyanya adalah milik mereka bersama apapun latar belakang penghuninya. diharapkan akan timbul rasa kebersamaan warganya  yang akan mengikis ego individualistis para penghuni kota selama ini dan mengingatkan mereka akan fitrah manusia sosial dalam kebudayaan "guyub" bangsa ini.

itulah kenapa di jaman jokowi ahok, revitalisasi ruang publik, acara publik dan taman dihidupkan.

hal ini agar jakarta tidak menjadi kota kering tanpa roh yang hanya berkutat di soal uang dan kepentingan indivisual semata yang tidak memanusiakan penghuni kotanya dan JNF adalah salah satu upaya menghidupkan dan memanusiakan kota jakarta...

~okie~




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline