JIKA ANDA TIDAK BERANI BICARA BIARKAN KAOS YANG BICARA
Sebuah jalan keluar dari kebekuan sikap
Kita pasti sudah tahu kian hari masyarakat semakin apatis terhadap kondisi kekinian bangsa. Mereka merasa jenuh terhadap “tontonan” aktor dan aktris di gedung rakyat sana. Episode shitnetron yang di munculkan selalu cerita tentang derita partai dan gagalnya merebut atau mempertahanakan kepentingan kelompok. Melulu soal pribadi, kelompok dan partai, bukan soal rakyat. Jikalau rakyat, masyarakat dan bangsa dibawa-bawa dalam ranah pernyataan sikap, itupun hanya seolah-olah peduli, seolah-olah mejadi pembela kepentingan rakyat atau seolah-olah berani berkorban. Belum lagi masa-masa “panen janji” di saat kampanye pemilu dan pemilu kada. Belum lagi “penumpang gelap” yang mengaku mewakili aspirasi masyarakat atau kelompok masyarakat tapi sebenarnya sekedar numpang nampang dan numpang hidup saja. Siapa yang tidak jenuh dengan siklus kehidupan seperti itu..??. Kita dibiarkan sendiri menyelesaikan persoalan-soalan keseharian yang berkaitan dengan ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan politik (non partisan & non kekuasaan). Sikap apatis yang di tunjukan oleh “kita-kita” yang lain sebenarnya merupakan bentuk protes dari tertutupnya sekat komunikasi yang ada. Sekalipun ada “suara” yang berhasil menembus sekat tersebut, tidak lain hanya sebagai pelengkap jalinan cerita yang ada. Belum lagi pemilihan saluran komunikasi sebagai penyampai aspirasi yang hanya dapat diakses bukan oleh orang kebanyakan. Kita yang merupakan representasi dari masyarakat atau rakyat otomatis hanya diposisikan sebagai penonton saja. Pada akhirnya kita hanya dapat memaki dalam hati, miris dalam hati dan kecewa dalam hati karena tidak mampu bersuara untuk merespon kondisi terkini. Sikap kemadirian yang sudah terbina pada tataran bidang ke-ekonomian rakyat, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan politik(non partisan & non kekeuasaan) harus diikuti oleh kemandirian dalam menentukan saluran komunikasi.
Era komunikasi 2.0 adalah masa dimana komunikasi berikut salurannya dapat dipilih, dikonsumsi dan diakses dengan mudah oleh orang kebanyakan. Situs jejaring sosial media seperti, FaceBook, Friendster, Tweeter, Koprol, Youtube, Kaskus, Blogg dan masih banyak lagi salah satu alat yang menunjukan bagaimana hegemoni masyarakat menguasai komunikasi & saluran komunikasi tersebut. Penguasaan yang tanpa dominasi kekuasaan dalam menyortir pokok bahasan & konten. Mereka bebas mengekspresikan tentang apapun dan siapapun. Contoh masif tentang ke-efektif-an dari komunikasi berbasis komunitas ini sudah bayak diperlihatkan; #prayindonesia, koinuntukpritta, kasus ariel dsb. Semua dapat dicapai berkat jaringan internet yang dapat di akses melalui komputer, laptop, notebook, notepad, handphone 3G dan lainnya.
Pertanyaannya adalah apakah orang kebanyakan sudah mampu mengakses internet….??? Jelas sisi lemah dari komunikasi 2.0 berbasis jejaring sosial media yang berlandaskan internet adalah tidak semua dapat meng-akses. Data terakhir pengguna internetadalah 45 juta (Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) jelas ini menunjukan bahwa masih belum sampai setengahnya dapat meng-akses internet dari total 200 jutaan jumlah penduduk Indonesia. Kita masih membutuhkan saluran komunikasi lain sebagai penguat dari komunikasi 2.0 berbasis Jejaring Sosial Media.
Saluran komunikasi lain tersebut harus berbasis non-dunia maya. Medium yang dipakai adalah bentuk yang biasa digunakan sehari-hari oleh orang kebanyakan. Kaos Bicara jawabannya. Kaos Bicara adalah media aktualisasi diri mengenai isu terkini yang sedang berkembang, berbasis komunikasi interpersonal. Kaos Bicara hadir dalam bentuk sebuah “pernyataan sikap” dengan kaos sebagai mediumnya. Arahnya lebih pada penguatan medium sebagai alternatif saluran komunikasi berbasis komunitas. Motto “JIKA ANDA TAK BERANI BICARA, BIARKAN KAOS YANG BICARA” adalah sebagai bentuk jawaban dari sikap diam kita selama ini. Kini tidak usah diri kita yang bicara tapi biarkan saja kaos yang bicara. Konten dalam tulisan di KAOS BICARA merupakan representasi dari isu-isu yang berkembang baik yang terkait dengan isu ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, kesehatan dan lingkungan. Pemilihan kalimat dalam konten tersebut dibuat semudah mungkin untuk dipahami arti dan maksudnya. Pemakai kaos ini nantinya dapat meng-ekspresi-kan apa yang dirasakan tentang kondisi isu-isu terkini.
Roemah Kreatif Satu Arah sebagai pemilik brand KAOS BICARA, merilis medium atau saluran komunikasi berupa kaos sebagai bentuk industrialisasi media alternatif. Ini ditujukan sebagai penguat media konvensional yang ada. Arah dari tujuannya adalah jelas profit. Sehingga pengelolaan tetap berprinsip pada kaidah profesionalitas kerja. Namun independen dalam menentukan konten isu yang di munculkan dalam setiap kaos. Tidak partisan dan berpihak pada kelompok tertentu. Kami berharap produk KAOS BICARA direspon dengan baik oleh masyarakat. Sehingga nantinya akan ada media alternatif sebagai sarana ekspresi terhadap kondisi terkini.
Bahan kaosbicara adalah cotton combed 20s hadir dengan warna dan desain yang good looking. Kaos Bicara sendiri kini telah ada dipasaran dan siap untuk dikonsumsi masyarakat dengan harga terjangkau Rp. 70.000/pc. Harga ini untuk memudahkan masyarakat dalam memliki KAOS BICARA sebagai medium ekspresi, sekaligus mendapatkan kualitas dan desain yang baik. Demikian uraian singkat dari konsepsi KAOS BICARA yang merupakan media alternatif penyampai isu-isu terkini. Selamat menikmati produk-produk KAOS BICARA.
Kantor Kaos Bicara terletak di Jl. Cililin Raya no. 7 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12170. Untuk info dan pemesanan bisa melalui telepon ke 089635624586 081510445585/02198686986, via email ke kaosbicara@yahoo.com, kaosbicara@gmail.com atau kunjungi website kami di http://kaosbicara.weebly.com. Jejaring sosial kami ada di Facebook(http://www.facebook.com/kaosbicara) maupun Twitter (http://www.twitter.com/kaosbicara) maupun di Yahoo Koprol (http://www.koprol.com/kaos_bicara)
Contact Person :
togisbb: 089635624586
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H