Aku berdiri dalam tanah lapang yang menentang realita
Berkelana, ku temukan memori abstrak berserakan dimana-mana
Satu memori yang sempat tak ku ingat pernah terjadi..
Namun, memori itu yang akhirnya membunuh ku dalam sayup-sayup sepi
Dan hadir saat aku sendiri
Saat ku lihat, ternyata berisi wanita keparat yang selalu membuatku tenggelam dalam balutan masa lalu
Aku berontak geram, namun hasilnya aku semakin tenggelam ke dasar paling bawah
Semakin kehabisan nafas dan semakin lemah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H