Judul karya poster: Pengorbanan Ibu
Desainer: Septiana Budyastuti
Gaya desain: modern minimalis
Deskripsi
Terkadang, kasih sayang ibu dimanifestasikan dalam hal-hal kecil yang tak kita sadari. Cinta kasih tersebut dicurahkan olehnya sejak seorang anak berada di dalam kandungan sampai ajal memisahkan mereka berdua. Hal-hal kecil tersebut begitu banyaknya diberikan sampai-sampai, mungkin tidak disadari oleh si anak sendiri. Seorang ibu bahkan rela mengabaikan kebutuhannya sendiri demi memenuhi kebahagiaan buah hatinya. Bagi ibu, seluruh dunia pun akan dikorbankan demi kebahagiaan anaknya.
Pemaknaan
Karya desian poster ini berjudul “Pengorbanan Ibu”. Mengapa karya desain poster ini berjudul “Pengorbanan Ibu”? Mengapa “Pengorbanan Ibu” diilustrasikan dengan dua piring makanan? Makan kaitannya dengan hidup, makan agar tetap hidup. Seorang ibu memberikan makanan yang lebih bergizi kepada anaknya, sama artinya dengan mengorbankan nyawanya. Merupakan kode hermeneutik yang muncul.
Hari Ibu dirayakan di seluruh dunia tetapi dengan tanggal yang berbeda, di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember. Tanggal tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno lewat Dekrit Presiden No. 316 tahun 1953 dalam Kongres Perempuan Indonesia III. Sejak saat itu tanggal tersebut disepakati sebagai Hari Ibu Nasional. Sejarah tersebut merupakan kode proaretik (narasi) yang muncul pada desain poster.
Berdasarkan moment hari Ibu Nasional, penikmat desain diajak untuk memaknai Hari Ibu dengan melihat unsur-unsur visual yang terdapat dalam karya poster ini. Warna background yang digunakan, menjadikan desain poster ini dominan dengan warna merah muda atau sering disebut pink. Pink digambarkan sebagai warna bungga teratai maka diartikan sebagai tempat tertinggi dan suci, dalam agama Hindu dan Budha teratai merah muda merupakan tempat duduk para Dewa dan Budha yang merupakan tahap pencerahan tertinggi. Dengan warna ini maka menunjukan bahwa posisi ibu jika dibandingkan dengan seorang anak jauh berada di atas, bahkan terdapat perumpamaan “Surga di bawah telapak kaki Ibu” merupakan kode semik (konotatif).
Hal itu muncul karena adanya “Pengorbanan Ibu”, seorang Ibu mengorbankan nyawanya demi untuk melahirkan anaknya. Dalam agama dan kepercayaan apapun, mengorbankan nyawa demi orang lain merupakan hal terbaik yang dilakukan oleh manusia, dan surga pun dekat dengannya. Menurut Sadjiman E. Sanyoto (2010:47-48) warna merah muda dapat diartikan sebagai keharuman bunga rose (mawar). Keharuman nama seorang Ibu yang rela mengorbankan nyawanya, merupakan kode gnomik (kultural).
Warna putih pada teks, dua buah piring, dan nasi diasosiasikan sebagai air susu ibu (ASI). Nutrisi alami yang terbaik dimiliki seorang ibu, diberikan khusus untuk anaknya. Warna putih juga mewakili kesederhanaan, seorang “pengorbanan ibu” bukan dari hal-hal yang besar dan mengesankan tetapi muncul dari hal-hal kecil dan sederhana. Hal kecil dan sederhana yang menghasilkan pengaruh yang amat besar, yang sering tidak disadari oleh si anak. Warna putih juga diasosiasikan sebagai kain kafan (Sanyoto, 2010:49). Mengingatkan bahwa kematian ibu di Indonesia saat ini masih cenderung tinggi, angka kematian ibu tahun 2007 yaitu 228 kematian (132-323) per 100 ribu kelahiran hidup tetapi pada tahun 2012 angka kematian ibu justru meningkat yaitu 359 (239-478) per 100 ribu kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia).