Berleha-leha di kasur selagi lanjut menonton kelakuan jenaka Jay Pritchett di salah satu episode Modern Family---sebuah kenikmatan yang rasanya sulit untuk ditolak,apalagi jika opsi kegiatan lainnya adalah mengerjakan tugas kuliah yang tenggat waktunya masih minggu depan.
Bagi seorang procrastinator, proses pengambilan keputusan dalam otak sudah bersifat auto-pilot. Jika amygdala dari seorang procrastinator dapat berbicara, pasti bagian sistem limbik itu akan berkata, "Urusan tugas masih perkara nanti. Yang penting sekarang kita happy!".
Penundaan pekerjaan mungkin tidak begitu terasa dampaknya apabila hanya dilakukan sesekali. Namun, apabila sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging, si pelaku mungkin akan sering merasakan berbagai kerugian dari aksinya.
Bagi seorang mahasiswa, contoh klasik adalah menunda persiapan ujian. Tak jarang keputusan untuk menunda akhirnya berbuah penyesalan karena hasil dari sistem kebut semalam ternyata tidak memuaskan.
Namun, setelah mengetahui kerugian dari menunda pekerjaan, seorang procrastinator tak jarang mengulangi aksinya. Apakah ini sebuah keputusan yang rasional? Lantas, apa kata ilmu ekonomi tentang menunda pekerjaan?
Menimbang Berbagai Pilihan
Sebagai ilmu pembuatan keputusan, ilmu ekonomi dapat menjelaskan procrastination menggunakan konsep opportunity cost. Menurut teori mikroekonomi ini, biaya dari suatu keputusan adalah hilangnya utilitas yang mungkin diperoleh oleh seorang individu dari alternatif pilihan terbaik ketika individu tersebut memilih pilihan tertentu. Sebagai homo economicus yang memiliki motivasi untuk memaksimalkan utilitas dan meminimalisasi kerugian, keputusan yang rasional untuk dibuat adalah keputusan dengan opportunity cost terendah.
Dalam konteks penundaan pekerjaan, keputusan untuk menunda akan dibuat ketika individu menilai bahwa kenikmatan dari penggunaan sumber daya waktu untuk berleha-leha lebih besar dari ekspektasi hasil yang akan dia dapatkan dari penggunaan waktu untuk bekerja saat itu juga. Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi pandangan seorang individu akan manfaat procrastination dan opportunity cost inilah yang menentukan pilihannya.
Kereta logika ini menandakan bahwa sebenarnya pilihan untuk menunda pekerjaan tetaplah rasional karena didasarkan pada analisis biaya-manfaat si pembuat keputusan.
Setelah menelaah bagaimana suatu keputusan untuk procrastinate dibuat, kita beralih ke faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari sudut pandang ekonomi, konsep-konsep behavioral economics seperti hyperbolic discounting, insentif, dan loss aversion mampu menjelaskan mengapa seseorang (termasuk penulis dan mungkin juga pembaca) menunda pekerjaan.