Pada awal musim panas tahun 2015, pemerintah Tiongkok secara mendadak melarang sirkulasi dari 38 manga (komik/novel grafis yang dibuat dengan bahasa Jepang) dari seluruh wilayah Republik Rakyat Tiongkok, salah satunya adalah sebuah manga berjudul Attack on Titan.
Media internasional meliput kejadian ini sebagai hal yang sudah biasa terjadi di Tiongkok, namun mereka tidak menyadari bahwa tindakan ini merupakan bentuk aksi balas dendam dari pemerintah Tiongkok atas tindakan pemerintah Jepang yang melaksanakan pembahasan undang-undang kerja sama militer dengan Amerika Serikat sepuluh hari sebelumnya.
Ironisnya, pemerintah Tiongkok tidak menyadari bahwa motif balas dendam di balik tindakan mereka secara kebetulan menyerupai premis dan motivasi utama alur cerita dalam manga Attack on Titan yang mereka sensor.
Attack on Titan sendiri merupakan serial manga tulisan Hajime Isayama yang menceritakan kisah karakter utamanya, Eren Yeager, yang hidup di dunia di mana manusia tinggal di dalam kota-kota yang dikelilingi oleh tiga tembok besar yang melindungi mereka dari humanoid raksasa pemakan manusia yang dikenal sebagai Titan.
Titan yang menyebabkan kehancuran kampung halamannya dan kematian ibunya membulatkan tekad Eren Yeager untuk memusnahkan seluruh Titan di dunia dengan bergabung dengan militer negaranya.
Seiring berjalannya alur cerita, dikisahkan bahwa perseteruan antara umat manusia dan Titan ternyata memiliki latar belakang masa lalu berupa konflik antara bangsa Eren yang dikenal sebagai kaum Eldian dengan negara militeristik raksasa di seberang lautan yang bernama Marley.
Dunia yang selama ini dikenal Eldian hanya sebatas tempat di balik tembok besar, ternyata terletak dalam suatu pulau yang berukuran relatif kecil terhadap keseluruhan dunia luar.
Menariknya, Attack on Titan menggambarkan suatu fenomena yang kerap terjadi di dunia masa kini, di mana negara yang berkonflik sering kali memulai suatu interaksi sosial disosiatif hanya karena alasan tidak rasional seperti kebencian terhadap suatu ras, dendam sejarah masa lalu, dan persepsi kerugian yang dialami salah satu pihak.
Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan besar dari sisi analisis rasionalitas (Cai, 2020). Mengapa negara-negara yang relatif lebih besar (digambarkan oleh Marley) rela untuk mengeluarkan daya upaya mereka untuk menekan perkembangan negara yang relatif lebih kecil (digambarkan oleh Eldian) tanpa legitimasi rasionalitas?
Kalkulasi Tumpukan Budi dan Dendam