Tahun ini merupakan tahun terbaik untuk menjadi musisi di Indonesia. Setidaknya, begitulah kata Bam Mastro, vokalis dari band Elephant Kind, sebuah grup musik indie yang lahir pada tahun 2013. Band tersebut merupakan salah satu band alternatif dengan genre indie-pop yang sedang naik daun di Indonesia pada tahun ini.
Sebelum Elephant Kind membumi, ia pernah didahului oleh Payung Teduh dan Danilla yang meroket pada medio 2017. Selain itu, ada beberapa band indie yang senantiasa menemani telinga pendengar musik alternatif dari dekade lalu seperti The Adams.
Meskipun belum ada data serta riset yang menunjukan adanya tren peningkatan jumlah pendengar musik alternatif di Indonesia, dapat dilihat bahwa ada peningkatnya animo pendengar akan musik-musik dari musisi indie.
Lantas, beberapa orang seperti Bam Mastro mulai beropini bahwa kejayaan untuk musik independen sudah dekat. Benarkah demikian?
Persoalan Kebebasan
Musik memang adalah sebuah seni, namun industri musik berputar seputar uang. Para musisi di industri musik sendiri bertumpu pada lima sumber pendapatan: performance, lagu, rekaman musik, brand, dan penggemar.
Secara spesifik, sumber pendapatan mereka berasal dari konser-konser dan live performance lainnya, distribusi digital, penjualan digital, royalti dari performance digital, streaming, merchandise, serta crowdfunding.
Dalam berkarya, musisi pada umumnya bekerja sama dengan label rekaman besar seperti Sony dan Universal Music Group. Setelah musisi menandatangani kontrak dengan sebuah label rekaman yang besar, label ini akan 'memandu' para musisi untuk mencapai ketenaran.
Label akan turut berkontribusi mulai dari proses produksi musik hingga distribusinya ke konsumen. Karena label rekaman ini pada umumnya adalah sebuah perusahaan besar, mereka memiliki modal dan jaringan yang sangat luas.
Modal besar serta jaringan luas ke televisi dan radio yang dimiliki akan digunakan untuk proses produksi dan yang lebih penting, promosi. Sebagai bentuk timbal balik, pendapatan yang diterima oleh musisi akan dipotong sebagian untuk diberikan sebagai pendapatan bagi label rekaman besar ini.
Tentu, musisi memiliki kewajiban untuk mencari pendapatan yang lebih besar dibanding modal awal yang dikeluarkan oleh label rekaman, agar terdapat profit.
Pada umumnya, hubungan antara label dan musisi bisa dikategorikan sebagai 'simbiosis mutualisme'. Dengan kata lain, hubungan keduanya saling menguntungkan.