Beberapa tahun lalu, Benua Eropa sempat diramaikan oleh pindahnya ratusan ribu migran dari Suriah akibat adanya perang saudara yang menimpa negara tersebut. Hal ini kemudian menimbulkan pertentangan dari kelompok anti-migran di Eropa, karena dipercaya telah membawa dampak negatif bagi mereka, baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Namun, studi yang dilakukan oleh United Nations Population Division menyatakan bahwa migrasi dapat menjadi solusi bagi negara-negara maju di dunia, termasuk di Eropa yang tengah dihadapi dengan ancaman penuaan populasi. Lantas, apakah masalah penuaan populasi yang mengancam sejumlah negara maju, terutama di Eropa? Apakah migrasi benar-benar merupakan solusi yang efektif bagi masalah penuaan populasi tersebut? Ataukah terdapat solusi lain yang lebih efektif bagi masalah penuaan populasi bagi benua biru tersebut?
Masalah Penuaan Populasi
Masalah penuaan populasi merupakan kondisi peningkatan proporsi orang lanjut usia (di atas 60 tahun) terhadap populasi akibat meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya tingkat fertilitas sebagai ciri transisi demografi. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan penguasaan teknologi oleh negara-negara maju telah mendorong peningkatan kualitas hidup dan angka harapan hidup (life expectancy) tersebut.
Adanya perubahan gaya hidup menjadi lebih dinamis, peningkatan keterlibatan wanita dalam angkatan kerja, dan penyakit menular seksual telah berkontribusi terhadap penurunan tingkat fertilitas (jumlah kelahiran per 1000 wanita) di sejumlah negara maju.
Selain itu, ada faktor sosio-ekonomi yang menyebabkan wanita dan pasangan menunda memiliki anak, yaitu semakin mahalnya harga perumahan, jabatan karir yang fleksibel dan paruh waktu bagi perempuan, serta perawatan anak yang terjangkau dan didanai publik (gratis). Usia wanita yang terlalu tua untuk memiliki anak juga menyebabkan turunnya tingkat kesuburan wanita.[1]
Salah satu benua yang seluruh negaranya mengalami penuaan populasi adalah Eropa. Hal ini dibuktikan dari data Eurostat, yang menunjukkan tingkat fertilitas di Eropa mengalami tren penurunan, dimana tingkat kelahiran kasar (jumlah kelahiran hidup per 1.000 orang) menurun dari 16,3 di tahun 1970, menjadi 10,1pada tahun 2016.
Indikator selanjutnya untuk menunjukkan adanya penuaan populasi di Eropa adalah meningkatnya rasio ketergantungan penduduk lansia (old-age dependency ratio), yakni rasio perbandingan antara jumlah penduduk diatas 64 tahun dengan penduduk usia produktif. Berdasarkan data dari Eurostat, rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun terus meningkat sejak 1997, dari 22,2% menjadi 29,9% di 2017. Angka ini diprediksi akan semakin meningkat, seiring bertambahnya penduduk lansia dan rendahnya tingkat fertilitas.
Selain dua indikator tersebut, terdapat indikator lain untuk melihat dampak penuaan populasi yaitu grafik piramida penduduk. Sebagai contoh pada gambar di bawah terdapat perbandingan grafik piramida penduduk pada 3 periode yang berbeda (1950, 2017, dan proyeksi 2050), di Jerman. Pada grafik tersebut menunjukkan adanya transisi model demografi, yang ditandai oleh peningkatan kelompok penduduk lansia serta penurunan kelompok penduduk balita. Transisi ini tidak hanya terjadi di Jerman, tetapi juga di seluruh negara Eropa.
Sumber gambar
Dampak Dari Penuaan Populasi