Lihat ke Halaman Asli

Panggilan Nusantara kepada Seluruh Anak Bangsa Nusantara

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PANGGILAN NUSANTARA
Pengaruh kapitalisme modern saat ini sangat dirasakan di kota-kota besar,
akan tetapi sayangnya dunia kapitalis tidak berpihak kepada rakyat kecil
yang telah memberikan seluruh daya upaya mereka serta menyumbangkan tenaga
mereka demi bangsa ini.

Hal ini juga dapat dirasakan terutama oleh para pekerja ujung tombak sektor produksi.
Kita ambil saja contohnya di bidang pertanian, setelah petani susah payah menanam padi,
mereka tidak mendapatkan hasil yang sewajarnya mereka dapatkan sementara pertanian mereka
itu mampu mensupport pangan seluruh dunia, bahkan 80% pangan dunia bersumber dari lahan
Indonesia, ironisnya 60% lebih rakyat Indonesia masih berpenghasilan kurang dari 10ribu sehari,
artinya mereka tidak dapat makan 3 kali sehari. Dan dapat
diartikan juga bahwa rakyat kita telah menjadi buruh di Negara sendiri.

Rakyat yang tinggal di lokasi pertambangan, setelah kaum investor entah itu asing ataupun lokal mengambil hasil bumi di sekitar sana, tidak diadakan recovery yang benar, akan dibangun rumah ibadah, sekolah gratis dan sebagainya hanyalah janji semata, yang penting bayar penjaga dan polisi yang ada disana, maka semuanya akan terselesaikan. Setelah berhasil memperoleh izin dan mengambil hasil bumi nusantara, rakyat hanya dijadikan tamu di rumah sendiri, hanya dibiarkan begitu saja, memangnya siapa yang mau peduli?

Contohnya saja lumpur sidoarjo yang dikarenakan kontraktornya enggan membeli casing seharga 10 milyard rupiah untuk membendung gas yang akan keluar tersebut, maka terjadilah bencana sejagad yang hampir menenggelamkan sebagian jawa timur.

Sayangnya kaum kapitalis, para elit politik yang selalu berbicara tentang kemakmuran rakyat,
dan juga calon perwakilan rakyat yang selalu berkampanye dengan janji-janji, hampir selalu
berakhir dengan tidak enak. Entah itu mereka menjual harga bangsanya sendiri atau menjual harga
dirinya sendiri, atau bisa saja menjual aset yang dipercayakan oleh seluruh bangsa nusantara ini
kepada mereka, sungguh mereka itu merupakan pengkhianat dan perampok elit basi(baju jas dan berdasi) .

Entah kapan bangsa ini akan menjadi sadar dan belajar dari kekurangannya dan berubah ke arah yang lebih baik.
Ibu pertiwi sedang menangis melihat keadaan bangsa nusantara. Sementara itu Bapak penguasa, serta
anak nusantara tak juga sadar-sadar, bahwa dirinya sendiri sedang diperbudak dan dijajah oleh bangsa seberang, yang
notabene punya kepentingan merampok kekayaan alam nusantara sebanyak-banyaknya, mengumpulkan daging-daging untuk
makan anak cucu mereka, dan menyisakan tulang belulang untuk anak-anak nusantara.

Bangun dan sadarlah wahai anak nusantara, tunjukkan budi pekerti luhurmu, dan tunjukkan harkat martabatmu sebagai
seorang manusia, jangan sebagai seorang yang berwujud manusia tapi berhati bukan manusia. Anak-anak nusantara sedang
menangis karena tak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu para pejabat berdasi sedang bersenang-senang
di atas penderitaan anak bangsa nusantara ini.

Dimana pancasila yang konon dipuji-puji sebagai semboyan bangsa ini?
Jika engkau menyatakan diri sebagai bangsa berTuhan, lalu Dimanakah rasa keTuhananmu?
bukankah engkau baru saja menghilangkan nyawa ciptaan Tuhanmu dengan meng atasnamakan Tuhanmu?
Tuhan seperti apakah yang engkau maksud itu ?

Jika engkau menyatakan diri sebagai manusia, lalu dimanakan rasa keManusiaanmu?
bukankah engkau baru saja mengkhianati bangsamu? dan baru saja merendahkan derajatmu sendiri sebagai seorang manusia?

Jika engkau menyatakan diri sebagai bangsa nusantara, lalu dimanakah rasa PersatuanMu?
Jika engkau menyatakan diri bermufakat, lalu dimanakah azaz musyawarahmu ? bukankah engkau baru saja menjual milik bangsa ini
ke tangan bangsa lain?
Jika engkau menyatakan dirimu ingin mendapat keadilan, lalu dimanakah keadilan yang telah kau berikan untuk bangsa nusantara ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline