Lihat ke Halaman Asli

WARTAWAN-WARTAWAN 'PELACUR'

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1383732847153460695

Dulu, waktu Syaikh Puji menikahi anak di bawah umur, yg akad nikahnya diridhai oleh kedua belah pihak, dia jadi bulan2an media, KPAI pun ribut dengan dukungan wartawan media mainstream. Tapi ketika seorang  di Bali menikahi anak di bawah umur, dan dianggap sesuai dgn adat, dia aman dari serangan media (baca: http://news.okezone.com/read/2013/01/30/340/753711/lpa-bali-telusuri-kasus-pernikahan-bocah-sd-dan-pria-40-tahun) .. Ketika Ada kyai Islam berpoligami maka beramai-ramai media menyerang (padahal Islam hanya membatasi sampai 4 istri saja) dan melakukan pem-bully-an, namun jika ada pemuka agama lain memiliki puluhan Istri, media pun bungkam. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20131012014102AANzluU). Jika, FPI bentrok di suatu tempat, FPI selalu jadi bulan2an media dan disidang: haram melakukan kekerasan mengatasnamakan agama, Tapi, ketika Pemuda Pancasila mengepung sebuah pabrik lantas membacok karyawannya hingga tewas, media adem2 saja. Ketika ormas pancasilais melakukan pembackingan tempat maksiat, saling bentrok karena lahan parkir, media memberitakan setengah hati. Apakah boleh melakukan kekerasan atasnama Pancasila? Apakah menurut media, seorang syaikh puji yg Muslim tdk boleh menikah dg perempuan dibawah umur sedangkan nonmuslim di Bali boleh? Apakah FPI tdk boleh melakukan kekerasan sementara Pemuda Pancasila boleh? Media terlalu aktif menyerang para pejabat koruptor, namun dilapangan puluhan atau bahkan ratusan oknum wartawan  melakukan 'pemerasan' kepada para pejabat bahwan hingga ke tingkat pimpinan desa.  Tak heran bila pejabat main selain kucing2an dengan aparat keamanan, mereka juga kucing2an dengan para wartawan apalagi pejabat esellon IV yang 'beromset'  kecil. Anehnya demi uang 'minyak' Rp 10.000,. terkadang diterima... Media, seharusnya berlaku adil bagi siapa saja. Wartawan tdk boleh 'melacurkan' diri hanya krn dibayar agar memberitakan atau menutupi sesuatu. Status ini tdk bicara siapa mendukung siapa, tapi media kerap tdk adil dalam memberitakan hal2 yg dipandang bersentuhan dgn isu 'Islam', dilapangan kerap muncul tawar menawar berita. Apa jadinya negeri ini jika pilar ke-4 demokrasi negeri ini juga mengalami kemerosotan moral..? Semoga kembali muncul wartawan2 yang tanggu dan tidak 'melacurkan' diri demi gepok rente dengan memutar balikkan kebenaran. Mari kita sama-sama berdoa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline