Tahun 2018 sudah memasuki bulan ketiga, ini berarti tinggal 13 bulan lagi Pemilu 2019 akan diselenggarakan. Bulan Februari lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 14 partai politik yang lolos menjadi peserta Pemilu 2019. Empat diantaranya merupakan partai politik (parpol) baru yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Berkarya, dan Partai Garuda. Sebelum menjatuhkan pilihan kepada salah satu dari empat partai tersebut, kita perlu mengenal lebih jauh tentang mereka.
- Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Salah satu yang cukup menyita banyak perhatian adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai Solidaritas Indonesia (PSI) datang dengan mematahkan stigma bahwa wanita hanya mampu beraktivitas di dapur dan urusan rumah tangga saja. Parpol ini diketuai oleh Grace Natalie, seorang mantan pembawa berita yang cukup lama berkecimpung di industrI media Indonesia. Grace pernah beberapa kali melakukan wawancara ekslusif dengan tokoh-tokoh internasional seperti misalnya Abhisit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand), Jose Ramos Horta (presiden Timor Leste), Steve Forbes (CEO Majalah Forbes), George Soros, dll.
- Partainya kaum muda
Tidak ingin 'disandera' oleh kepentingan politik lama, partai ini mencirikan diri sebagai partai yang dekat dengan kaum muda dan perempuan. PSI sendiri menargetkan diri kepada kaum muda yang belum terkontaminasi politik. Strateginya ada dua; Pertama, PSI memaksimalkan penggunaan media sosial dalam menyebarkan fahamnya. Alasannya, generation Y (sebutan untuk generasi masa kini) rata-rata menghabiskan waktunya di depan gadget. Sebab itu, kampanye melalui media sosial (alias internet) merupakan salah satu cara yang efisien. Kedua, bahasa yang digunakan oleh anggota partai yang terkesan 'kekinian'. Situs resmi PSI juga didesain sangat 'kekinian' termasuk dengan penggunaan istilah 'Sis' dan 'Bro' di depan nama-nama para pengurus umumnya.
Partai yang menggunakan dominasi warna merah dalam aktivitasnya ini juga menggaet aktivis muda yakni, Tsamara Amany. Tsamara sendiri dikenal publik lewat tulisan-tulisannya di berbagai portal daring tentang isu-isu politik di Indonesia serta dukungan terbukanya untuk Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).
- Partai perempuan
Salah satu calon legislatif (caleg) yang digadang-gadang adalah Ratu Isyana Bagoes Oka, mantan pembawa berita yang sudah banyak makan garam di beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. Sebagai mantan praktisi media, Isyana berkata bahwa ia siap menyoroti RUU Penyiaran apabila ia berada di kursi perwakilan rakyat kelak. Ia juga menilai bahwa tidak banyak program di media massa yang bisa menghasilkan budi pekerti bagi anak.
- Terbuka & Progresif
"Terbuka, Progresif, Itu Kita!"adalah sebuah slogan yang diusung oleh parpol dengan logo bunga mawar ini. Pada Hari Kamis (1/3/2018) lalu, keterbukaan itu berhasil dibuktikan oleh PSI kala tiga perwakilan DPP partainya bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Pertemuan antara Ketua Umum PSI Grace Natalie, Sekjen PSI Raja Juli Antoni dan politisi muda Tsamara Amany dengan Presiden RI ini menuai banyak pro dan kontra dari masyarakat. Ada yang mendukung dan ada yang menganggap pertemuan itu tak perlu karena membahas politik di istana presiden.
Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai kunjungan selama 90 menit tersebut merupakan hal yang lumrah. Sebastian justru menilai aneh berbagai pihak yang bereaksi berlebihan menanggapi pertemuan itu.
Ia mencurigai hal tersebut ada kaitannya dengan Pemilu 2019 yang sebentar lagi akan digelar. PSI sebagai partai baru yang digagas anak-anak muda sangat mungkin dianggap saingan oleh para partai lama. Sebab, PSI berpotensi meraup dukungan kalangan milenial.
"PSI akan berdiri di garis paling depan untuk menyatakan perang terhadap korupsi dan tindakan intoleransi", ucap Grace Natalie dalam pidato politiknya pada Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI 2015 lalu. PSI memang berorientasi pada gerakan progresif terlihat dari segala aktivitas politiknya. PSI memang menyebut diri partai perempuan. Namun, gagasan pemberdayaan perempuan sesungguhnya bukan hanya terletak pada seberapa banyak perempuan dilibatkan dalam sebuah partai politik, tetapi juga seberapa besar implikasinya terhadap perubahan pandangan secara keseluruhan terhadap posisi perempuan di tengah masyarakat Indonesia yang sangat patriakal.
Sekjen PSI, Raja Juli Antoni yang akrab dipanggil Toni juga memaparkan harapan parpol untuk memiliki lebih banyak caleg perempuan. Hal tersebut didasari oleh keinginan untuk melihat politik yang lebih damai, negosiasi yang lebih santun, jauh dari diskriminasi dan intimidasi. Perempuan dianggap mampu untuk menempatkan diri dalam posisi tersebut. Tidak hanya jadi pemilih, namun juga terlibat dalam pengambilan kebijakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H