Lihat ke Halaman Asli

Pengemis di Jembatan Busway

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebetulan jarak antara kampus dan kostanku bersebrangan. Jadi aku cuma harus nyebrang lewat jembatan busway tiap hari (ga berani lagi lewat bawah ngikut orang2). Dan tiap itu pula aku liat pengemis itu. Pengemis itu seorang bapak dan 2 atau 3 (aku lupa) anak perempuannya. Awal aku melihatnya, aku biasa saja seperti melihat pengemis2 lainnya. Tapi suatu malam, sehabis aku pulang kuliah jam malam, aku melihat bapak itu sedang memangku salah satu anaknya dan anak lainnya juga disitu. Ia sedang mengajari anak2nya membaca. Membaca koran. Terdengar jelas sekali di kupingku. Aku terhenyak melihatnya.

Beberapa hari kemudian, pada sore harinya, aku melihat bapak itu sedang menggelar karung yg sudah dibuka jahitan pinggirannya. Aku tau, itu buat duduk dan tidur anak2nya.

Ya Tuhan, aku ga tau harus berbuat apa. Aku ga tega liatnya. Aku mau coba untuk menolongnya, tapi banyak orang bilang pengemis banyak yg bohongan. Tapi aku ga tega. Tiap hari aku hilir mudik lewat jembatan busway itu. Aku merasa kasihan. Aku bisa menuntut ilmu sampai ke perguruan tinggi ini, tapi kenapa mereka ga bisa? .Aku bisa tidur nyenyak di spring bed dgn hembusan ac kamar, tapi kenapa mereka tidur di atas jembatan busway beralaskan karung disertai hembusan angin malam jakarta? .Aku bisa milih mau makan minum apa, tapi kenapa mereka buat 1x makan aja susah? .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline