Lihat ke Halaman Asli

Kania Quinny

Seorang mahasiswi Psikologi Universitas Sebelas Maret

Urip Iku Urup: Penguat Karakter Peduli Sosial melalui Falsafah Budaya Jawa

Diperbarui: 13 Oktober 2022   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemudahan yang didapatkan pada era digital saat ini seringkali merampas rasa empati di dalam hati. Segala hal dibuat menjadi mudah, cepat dan instan oleh digital. Muda - mudi semakin dimanjakan sedangkan orang tua dipaksa beradaptasi dengan digitalisasi. Anak - anak yang lahir pada era digital atau yang sering kita sebut dengan generasi Z telah merasakan kemudahan ini sejak lahir.

Generasi Z juga disebut sebagai digital natives yang berarti bahwa mereka sudah mengenal media elektronik sejak lahir (Putri & Yanzi, 2020). Generasi Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1996 hingga tahun 2010 (Purnomo dkk., 2019), tepat setelah generasi Y dilahirkan. 

Ketergantungan generasi Z akan teknologi dikhawatirkan membuat mereka lebih intens berinteraksi dengan gadgetnya dibandingkan dengan orang lain (Putri & Yanzi, 2020) dengan kata lain kemudahan era digital membuat manusia perlahan mulai kehilangan karakter peduli akan sosial.

Faktanya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan butuh bantuan dari orang lain. Fenomena yang terjadi dan fakta yang bertolak belakang ini merupakan sebuah isyarat bagi kita terutama generasi Z untuk mencari penyelesaiian dari masalah ini. Untuk kembali menguatkan karakter peduli sosial yang sejatinya ada di dalam diri manusia.

Karakter Peduli Sosial

Taufik (2014) menyatakan bahwa peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 

Peduli sosial berperan penting dalam membentuk individu yang peka sosial, dengan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan (Lestari & Rohani, 2017).  Samani dan Hariyanto (2011), menguraikan indikator yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan karakter peduli sosial yaitu:

  1. Memperlakukan orang lain dengan sopan
  2. Bertindak santun
  3. Toleran terhadap perbedaan
  4. Tidak suka menyakiti orang lain
  5. Tidak mengambil keuntungan dari orang lain
  6. Mampu bekerjasama
  7. Mau terlibat dalam kegiatan masyarakat
  8. Menyayangi manusia dan makhluk lain
  9. Cinta damai dalam menghadapi persoalan

Peduli sosial tidak hanya memberikan bantuan secara fisik atau materiil tetapi lebih dari itu perasaan cinta dan kasih yang muncul dan tumbuh dari dalam diri adalah hal utama (Nisa, Wuryandari & Masradianti, 2018).

Peduli Sosial dalam Pandangan Masyarakat Budaya Jawa

Masyarakat jawa memiliki cara mereka sendiri dalam menanamkan dan menguatkan serta melestarikan berbagai macam karakter baik. Salah satunya melalui kearifan lokal yang mereka miliki yaitu falsafah jawa. Falsafah jawa atau filosofi jawa merupakan pegangan atau acuan bagi sebagian besar masyarakat jawa dalam menjalani kehidupan sehari - hari. 

Walaupun sebagian kecil sudah meninggalkan atau menganggap hal ini kuno, falsafah jawa memiliki makna tersendiri bagi yang mempercayainya. Falsafah jawa yang erat kaitannya dengan peduli sosial adalah Urip iku urup. Masrukhan (2016) menegaskan bahwa kandungan nilai karakter dalam falsafah urip iku urup sejalan dengan pedoman nilai - nilai karakter peduli sosial (dalam Prasetyo & Marzuki, 2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline