Lihat ke Halaman Asli

kania ditarora

Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Ngurisan, Tak Sekadar Ritual

Diperbarui: 9 Agustus 2023   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dokumen pribadi

Mengulik makna simbol Ngurisan di Lombok

Bagi masyarakat Lombok, prosesi ngurisan sudah sangat familier. Meski berbeda penyebutan di beberapa tempat, namun prosesinya sama.

Hanya sedikit orang yang mau menyelami substansinya sehingga dianggap ritual semata. Menelaah substansinya tentu dari perspektif islam.

Pendekatan syari'at harus diutamakan dari pendekatan adat. Adapun 'ngurisan' dalam sudut pandang islam tidak bisa tidak, harus dikorelasikan dengan 'aqiqah'. Sehingga dapat menyatukannya sebagai sebuah istilah maupun prosesi.

Terbatasnya literatur yang membahas ngurisan di Lombok mengharuskan saya mengalegorikan sesuai dengan sudut pandang pribadi. Memaknai simbol-simbol yang menyertai prosesinya.

Sebelum prosesi dimulai biasanya disiapkan beras kuning perlambang kemakmuran. Uang logam perlambang harta benda, dan bunga rampai perlambang indah dan harumnya budi pekerti. Air  perlambang kehidupan. Gunting memotong potensi setiap helai mara bahaya bagi anak kelak di kemudian hari.

Jika dicermati, prosesinya adalah serangkaian doa-doa dan harapan dalam rangka mendidik anak agar dekat dengan Allah dan RasulNya.

Mulai dari pendidikan dalam rahim. Menyuplai jabang bayi dengan nutrisi halal dan thayib. Memperdengarkan ayat-ayat alqur'an.

Setelah lahir dimulai pendidikan yang kedua adalah mengazankan telinga sebelah kanan dan mengiqamahkan telinga sebelah kiri.

Dilanjutkan dengan pendidikan yang ketiga yakni; ngurisan dan ataupun aqiqah. Prosesi ini bisa dikatakan pemantapan ikrar anak terhadap Allah dan RasulNya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline