Lihat ke Halaman Asli

kania Dalilah

mahasiswa

Kurangi Ketakutan Siswa SD pada Mata Pelajaran IPA dan Matematika

Diperbarui: 30 Desember 2020   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi via KKN Tematik PPD Covid-19

Tertanggal 2 Maret 2020, tercatat kasus pertama di Indonesia dengan terdeteksinya 2 kasus positif yang terdeteksi di wilayah Depok, Jawa Barat yang kemudian meningkat secara pesat hingga tercatat 227 kasus terkonfirmasi positif, 3 pasien sembuh, dan 14 pasien meninggal dunia pada 18 Maret 2020. 

Tingginya tingkat penyebaran virus korona dalam waktu singkat ini kemudian mendesak pemerintah untuk segera mengambil keputusan secara cepat yang berujung pada kebijakan lockdown yang diterapkan secara bertahap di masing-masing provinsi sesuai kebijakan pemerintah daerah. 

Pemberlakuan lockdown ini menjadi alasan diberlakukannya sistem bekerja dari rumah (WFH) dan penutupan sekolah yang dialihkan pada pembelajaran jarak jauh atau dikenal dengan pembelajaran daring.

Pembelajaran daring adalah suatu metode pembelajaran tidak tatap muka sehingga memungkinkan guru dan siswa berada pada lokasi yang berbeda. Perbedaan lokasi ini menyebabkan dibutuhkannya platform yang berperan sebagai pihak ketiga penghubung guru dan siswa. 

Negatifnya, peralihan metode belajar-mengajar secara mendadak dan penerapannya dalam jangka waktu panjang tanpa adanya persiapan menyebabkan guru sebagai pendidik mengalami “kehabisan ide” untuk mengkreasikan cara atau bahan ajar agar lebih menarik. 

Akibatnya kegiatan belajar mengajar menjadi lebih monoton, terkesan membosankan dan materi pembelajaran menjadi sulit dipahami oleh siswa. Hal ini berefek pada pelajaran yang dianggap berat seperti IPA dan Matematika menjadi semakin tidak dipahami siswa dan menimbulkan rasa terbebani yang berujung kebencian siswa pada kedua mata pelajaran ini.

Disisi lain, anjuran untuk dirumah saja ini meningkatkan tingkat stres siswa karena meningkatnya beban tugas di sekolah dan adanya perubahan kebiasaan yang menyebabkan siswa kesulitan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Keadaan ini membutuhkan peranan orang tua mengingat Hatimah (dalam Lilawati, 2020) berpendapat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggungjawab guru dan orang tua. 

Sehingga orang tua sebagai keluarga terdekat diharapkan mampu memotivasi siswa serta menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mampu menenangkan siswa. pada awalnya orang tua hanya berperan dalam membimbing sikap dan keterampilan mendasar, namun kemudian peranannya meluas sepagai pendamping pendidikan akademik (Nurlaeni & Juniarti, 2017).

Dalam proses pembelajaran online ini, kendala yang dialami pendidik terletak pada penggunaan perangkat elektronik utamanya penggunaan platform penunjang pembelajaran yang terasa asing seperti google classroom, zoom, google meet, google form, Edmodo, dan platform lain yang sejenis. 

Selain itu, kendala juga dirasakan karena masih banyaknya guru-guru yang kurang mengerti teknologi sehingga kesulitan untuk merekam dan mengedit video pembelajaran. 

Dilihat dari sisi lain, kendala dalam pembelajaran juga berasal dari siswa sebab masih banyak siswa yang tidak memiliki perangkat elektronik seperti HP dan laptop yang sesuai untuk penggunaan pembelajaran daring. Sehingga, pembelajaran di sekolah umumnya hanya sebatas pemberian tugas, video pembelajaran hasil rekam layar bersuara atau video pembelajaran yang tidak diedit  yang disebarkan pada siswa melalui media sosial seperti Whatsapp.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline