Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran hidup

Diperbarui: 8 Februari 2021   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nama : Kania Ajeng Septianti Hidayat

Kelas  : 12 MIPA 5

Malam ini entah mengapa terasa lebih dingin dari malam sebelumnya. Rumahku yang jauh dari kota dan keramaian membuat suara jangkrik di luar dan suara detik jam dinding sangat terdengar seperti berlomba-lomba siapa yang tercepat.

Dingin malam ini serasa menusuk ke sekujur tubuhku aku membisu dan terus memandang keluar jendela memandang kegelapan di luar sana aku sendiri tak mengerti kenapa aku lebih tertarik memandang keluar ketimbang melakukan hal lain.


Hidup bagai roda yang berputar. Itulah kalimat yang sering ku ingat. Jalan kehidupan seorang manusia tidak akan ada yang tahu kecuali Tuhan karena semua sudah tertulis menurut qadrat-Nya. Selama hidup, manusia tidak selalu berada di atas terkadang kita berada di bawah. Hidup tidak semulus jalan tol, dijalan tol hampir tidak ada sesuatu yang menghambat perjalanan sedangkan jalan raya pasti selalu ada hambatan entah itu macet, jalan berlubang ataupun polisi tidur.


Terlepas dari itu manusia merupakan makhluk sosial, kita kadang tidak bisa bergantung pada diri sendiri oleh karena itu setiap manusia saling bergantung satu sama lain. Kita membutuhkan satu sama lain dalam hal apapun  itu.


Banyak sekali hal yang teringat saat situasi seperti ini. Hal buruk yang pernah ku alami di masa lalu sampai hal baik yang ku alami. Entahlah tetapi aku suka mengingatnya meski kadang menyakitkan tetapi ku nikmati itu karena itulah yang mendewasakan ku.


Saat itu seperti hari kiamat bagiku. Tidak ada yang menyangka kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah saat aku berumur 17 tahun. Tujuh belas tahun adalah masa penting perkembangan anak dan sangat membutuhkan bimbingan serta dukungan dari kedua orang tua. Terlebih aku adalah anak tunggal perempuan. Sangat terasa sekali beban dan tuntutan itu karena hanya aku harapan mereka.


Tidak terasa aku memandangi langit hampir 3 jam sekarang pukul 23:57 dan aku segera bersiap untuk tidur karena harus bangun pagi untuk menghadapi dunia yang penuh dengan kejutan ini.


Pukul 03:00 pagi aku bangun dan bersiap pergi kesekolah. Namaku Anita Kayla Baharudin sekarang umurku 18 tahun. Ya aku sekarang berada di kelas 12. Aku merupakan anak tunggal perempuan.Sebagian orang mengatakan kalau hidup sebagai anak tunggal itu enak. Ada yang bilang kalo anak tunggal itu kalau minta apa-apa pasti bakal turutin, ga usah repot berbagi makanan dengan saudara dan banyak deh lainnya. Intinya bagi mereka hidup sebagai anak tunggal itu enak dan gak ada susahnya. Aku sendiri termasuk dalam golongan anak yang tak berkakak atau anak yang tak beradik alias anak tunggal. Hidup sebagai anak tunggal bagiku tidak sepenuhnya seperti yang orang kira, kalo minta apa-apa bakal diturutin tapi buktinya pas gue minta dan susahnya minta ampun buat dikabulin. Hidupku sebagai anak tunggal adakalah menjadi suatu kebahagiaan dan adakalanya menjadi suatu kesedihan bagiku. Kebahagiaan itu salah satunya adalah tidak usah berbagi dengan saudara. Ketika anak-anak lain harus berbagi dengan kakak atau adiknya, aku bisa menikmati itu semua sendirian.


Seperti yang aku bilang diawal tadi, salah satu kebahagiaan menjadi anak tunggal adalah kalau minta apa mesti diturutin. Mungkin ini bagiku kadang berlaku dan kadang tidak,  ketika aku kecil dulu memang benar kalo aku minta beli ini pasti dibeliin tapi belinya gak langsung, aku harus nunggu satu sampai dua bulan dulu dan kadang juga karena aku udah lupa orang tua gak jadi beliin. Mungkin hal itu dilakuin orang tuaku biar aku gak terlalu dimanja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline