Lihat ke Halaman Asli

Mengenang 11 "Black" September

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

September kelabu. Di tahun dua ribu satu. Tanda tanya terus memacu, siapa gerangan jadi pelaku? Apakah pula jadi pemicu? Desingan peluru atau bom waktu? Ah, nggak tau!!! Teroris Islam jadi sorotan. Di tengah badai terus menghantam. Para mujahid slalu terancam. Akankah Islam terbenam? Fakta-fakta terus menghujam. Islam smakin cemerlang. Di sana negeri Paman Sam. Muallaf terus gemerlap. Mereka kian mengkilap. Semua terkesiap. Seakan menjadi sulap. Al-Quran makin menantang, siapa kan tercerahkan. Semua pada tercengang. Islam datang dengan aman. Kelak pun menjadi nyaman. Di surga nan idaman. Osama terus dibincang. Dia kah sang perancang? Ia ‘kan terus dikenang, walau tanya terus menggenang. Empat ribu Yahudi tak jadi korban. Serentak bolos kerjaan. Aparat keamanan beri peringatan. Jadi timbul pertanyaan, ada apakah gerangan? Andai Yamasaki masih hidup. Ia tentu sangat sibuk. Sebut gedung tak mungkin ambruk. Hanya karena pesawat terpuruk. Edward L. Peck mengusulkan, investigasi bebas transparan. Agar terungkap kebenaran, siapa yang jadi dalang? Morton Goulder menyarankan, penyidikan mesti diulang. Atas landasan kejujuran, bukan dusta dan karangan. Scott Ritter tidak setuju, fakta-fakta sodoran palsu. Agar semua termangu. Kebenaran tak bisa ditipu. Stanley Hilton punya kesaksian. Tragedi WTC pengkhianatan. Atas rakyat yang jadi korban. Politisi patut dipersalahkan. Sumber berita: eramuslim digest, Koleksi 2, The Dark Side 911

ISI BERITA:

Setelah tragedi 911, banyak orang yang penasaran, ajaran apakah yang ada dalam al-Quran hingga terjadi kejadian yang mengenaskan itu. Selidik punya selidik, al-Quran memberi kedamaian dan kepuasan batin pada mereka hingga banyak di antaranya yang masuk Islam. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Myers, sebagaimana dikutip dalam berita Associated Press (5/4/2002) mengatakan bahwa membekuk Bin Laden bukanlah tujuan utama. Bahkan, menurut catatan Le Figaro (Juli 2001), beberapa bulan sebelum September 2001, Osama pernah dirawat di Rumah Sakit Amerika di Dubai, Uni Emirat Arab, dan Kepala Kantor Regional CIA menjenguknya. InformationTimes.com mendapat kabar yang sangat mengejutkan bahwa di hari terjadinya tragedi, 4.000 pegawai WTC keturunan Yahudi dan memiliki kaitan dengan Israel melakukan aksi bolos serentak. Setelah ditelusuri, ternyata ke-4000 orang Yahudi itu kompak tidak masuk kantor. Sejumlah sumber diplomatik mengungkapkan bahwa aparat keamanan Israel, Shabak, telah memberi peringatan kepada mereka. Minomoru Yamasaki, arsitek Amerika keturunan Jepang kelahiran 1 Desember 1912, merupakan arsitek dunia yang namanya sangat dikenal dan disegani dengan karya-karyanya yang berani dan memiliki selera tinggi, di antaranya adalah Menara Kembar WTC. Ia pernah menjamin bahwa WTC mampu menahan terjangan badai berkecepatan paling tinggi. WTC hanya bisa hancur dengan controlled demolition. Kritikan dan petisi untuk investigasi ulang tragedi WTC bermunculan dari beberapa orang tokoh, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Edward L. Peck, Deputy Director Gedung Putih Bidang Kontra Terorisme di masa Ronald Reagan. Former Deputy Coordinator, Covert Intelligence Programs di Departemen Pertahanan AS, Dubes dan Komandan Misi di Irak tahun 1977-1980, turut menandatangani petisi adanya investigasi ulang.
  • Morton Goulder, Deputy Assistant Secretary of Defence for Intelligence and Warning di masa Presiden Nixon, Ford dan Carter tahun 1973-1977, dan pendiri Sanders Associates.
  • Mayor Scott Ritter, US Marine Corps (Former Marine Corps Intelligence Officer dan Chief Weapons Inspector untuk United Nations Special Commission di Irak tahun 1991-1998.
  • Stanley Hilton, pengacara terkemuka AS dan mantan asisten Senator Bob Dole.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline