Wahai engkau yang hari-hari kemarin menyimpuh tunduk. Kulihat kau menyungkur khusyuk mengharap-harap, menghiba dan memohon-mohon bertemu kembali denganku
".....waballighna Ramadhan, waballighnaa Ramadhan".
"....Sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan, ....sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan.."
Rindu yang kau tebar itu telah sampai padaku, dan aku akan datang bersama mengalirnya waktu.
Aku akan hadir untuk mengiringi hari-harimu. Mengharap jua sepenuh hatimu untukku. Seperti Amru bin Qais yang sebulan sebelum datangku telah menutup toko dan semua kegiatan dunianya untuk menyambutku, menghadirkan sepenuh jiwanya hanya untukku. Tetapi hari ini kulihat jiwamu jauh dari itu.
Aku menyaksikan kau makin bersemangat meramaikan toko-toko, memenuhi pusat berbelanjaan, dan menjadikan namaku sebagai kesempatan menggelar promo daganganmu. Di hadapanku, engkau tak punya malu makin sibuk merayu orang-orang untuk membeli daganganmu. Makin hari, makin menjadi-jadi.
Aku datang sesuci adanya. Maka, aku ingin melihatmu seperti Umar bin Khatthab yang berwajah ceria sambil menyalakan lampu-lampu penerang masjid. Demi memuliakanku. Demi menjadikan rumah Allah pengikat jiwanya, untuk menyungkur kening dalam sujud-sujud cintanya.
Tapi hari ini kau sambut namaku dengan pameran aneka merk sirup, biskuit, dan kue-kue kering. Juga baju warna-warni yang kauposting jauh lebih sering daripada engkau memposting pesan nabimu. Kau tawarkan jauh lebih bersemangat daripada ketika engkau menawarkan sedekahmu.
Aku datang, membawa titipan berkah dan kasih sayang dari-Nya. Maka harusnya kau menjadi seperti Aswad bin Yazid yang teramat sayang melewatkan waktu sampai menyempatkan tidur hanya beberapa saat di antara maghrib dan isya, dan shalatnya enam ratus rakaat dalam sehari semalamnya. Tapi aku dengar kau malah membuat jadwal acara di gedung-gedung, rumah makan dan restoran.
Engkau telah rencanakan konkow-konkow dan pesta yang mengatasnamakanku. Kumpul-kumpul penuh rumpi dan perjamuan mubazir. Hura-hura yang diawali basmalah dan diakhiri bacaan doa, agar dipandang baik. Meramaikan jalan-jalan dan sedikit-sedikit mencicipi kemasiatan tersamar.
Wahai yang merindukanku.