Adalah Edy seorang pesekbola masa lalu yang menjadi idola di kampung kami, Ciparay. Edy (alm) bukanlah nama besar dalam dunia sepakbola Indonesia. Ia hanyalah karyawan PT Pindad, sebuah BUMN Industri Strategis yang berpusat di Kiaracondong Kota Bandung.
Pindad memiliki klub sepakbola anggota Persib (saat perserikatan) dan Edy menjadi salah seorang pemain andalannya
Edy menjadi idola di kampung kami, karena ia juga main untuk PS PESPA yang menjadi klub kebanggaan kampung kami. Sebagai "kampung bola" Ciparay memiliki beberapa klub lain selain Pespa, sebut saja misalnya PS Guntur yang secara usia jauh lebih tua dari Pespa. Guntur sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, sedangkan Pespa baru eksis di dekade 70-an.
Di samping itu banyak bertebaran tim-tim sepakbola remaja. PS Gelatik, FCC. Vocsay dan Palbar adalah beberapa tim remaja yang cukup menonjol di era 80-an. Saat ini baik Pespa maupun Guntur sudah hampir tidak kelihatan eksistensinya. Namun nama Edy tetap ada dalam catatan sepakbola Ciparay.
Awal tahun 80-an Edy resign dari Pindad karena terpilih sebagai Kepala Desa Pakutandang Kec. Ciparay Kab Bandung. Di desa inilah terletak Lapangan Barujati yang menjadi home base bagi klub-klub yang ada di Ciparay. Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Desa, Edy sangat berperan banyak dalam membangkitkan kembali persepakbolaan di Ciparay.
Akhir dekade 80-an, persepakbolaan Ciparay mulai bernapas kembali dengan lahirnya SSB (PS) Planet yang diinisiasi dan dikomandoi oleh Haji Ee, seorang keturunan Tionghoa adik kelas saya di SMP. Pengorbanan besar baik moriil maupun materil dari Haji Ee tidaklah sia-sia. Ratusan anak-anak setiap tahunnya bergiliran menjadi siswa SSB Planet.
Beberapa kali Tim Planet berhasil mencapai prestasi tinggi dalam kompetisi kelompok usia tingkat nasional. Sementara itu Tim Usia Muda Under 23 cukup eksis dalam percaturan sepakbola di Jawa Barat. Lewat Tim itu kemudian anak-anak Planet bisa menyebar masuk ke Tim-tim Kabupaten/Kota dalam beberapa kali PORDA Jabar.
Dari sekian banyak bocah-bocah Planet menyeruaklah satu nama yang cukup fenomenal untuk ukuran kampung kami. Dialah Wildansyah yang kini main untuk Borneo FC. Bagi kami Wildansyah cukup fenomenal, karena meski dia bukan yang pertama dari kampung kami yang bisa menembus skuad senior Persib Bandung, ia sampai sekarang masih eksis sebagai pemain papan atas di Liga 1. Wildansyah berhasil menembus squad Persib setelah sebelumnya menjadi bagian dari Persib Junior. Tercatat 2 kali ia keluar masuk Persib. Selain Persib dan Borneo FC, ia juga pernah jadi bagian dari Pelita Bandung Raya (sebelum berganti nama jadi Madura United) dan Sriwijaya FC, Tim elit lainnya di Liga Indonesia.
Kiprahnya di Persib itu mengikuti jejak Cucu Hidayat dan Edi Hafid Murtadlo, 2 pesepakbola asal Ciparay yang lebih dulu sukses menjadi pemain Persib di era 2000-an.
Wildansyah adalah pemain dengan posisi spesialisasinya back. Ia bisa perankan center back dan bek kanan dengan sama baiknya. Melihat cara bermain Wildansyah, mengingatkan saya kepada Edy sang legenda kami yang merupakan ayahanda dari Wildansyah. Wildansyah adalah duplikat dari sang ayah. Pada zamannya, Edy juga bermain sebagai center back. Ia main dengan teknik dan visi sepakbola modern, sesuatu yang langka pada zamannya.
Wildansyah adalah satu di antara warga Ciparay yang bisa mentas di kancah sepakbola nasional. Selain Cucu Hidayat dam Edi Hafid Murtadlo, beberapa nama lainnya bisa disebut antara lain Iman Faturahman yang bermain di PS Bandung Raya kemudian PS TNI, keduanya merupakan klub Liga 1. Juga Rudiyana mantan striker Persib yang sempat menjadi bagian dari PSS Sleman dan PSIS Semarang.