Lihat ke Halaman Asli

Kang Win

Penikmat kebersamaan dan keragaman

Air

Diperbarui: 1 Juli 2020   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Busy.org

# Air #


Air menyelinap, meresap ke dalam tanah. Membentuk kubangan ketika tanah tak bisa lagi menampungnya.
Air mengalir menuju tempat yang lebih rendah dari tempatnya semula.
Dari ketinggian gunung, melintasi bukit, lembah dan ngarai.
Melintasi sungai dan mengakhiri perjalanannya di muara.

Ketika gunung-gunung tak lagi mampu menampung dan sungai-sungai tak lagi menerima isi, jadilah banjir yang menyengsarakan.

Air tak pernah ingin membuat sengsara.
Air tak pernah dendam, meski manusia merusak gunung tempatnya bersemayam.
Meski manusia merusak sungai yang menjadi jalannya.
Air hanya bergerak sesuai karakter dirinya.

Manusia yang berakal budi dan pekerti, ternyata hanya menggunakan akalnya untuk mengakali.
Munggunakan budinya untuk koleksi alibi.
Menggunakan pekertinya untuk membangun konspirasi.

Membabat hutan, menghindari kewajiban reboisasi
Mengolah lembah dan ngarai, mengabaikan konservasi.
Membuang limbah tanpa ingat regulasi.

Kalau seperti ini bagaimana air bisa mengairi.
Bagaimana alam bisa menghindarkan manusia dari kelam.
Bagaimana semesta bisa menjadi sahabat yang bermanfaat.

Semesta akan mengarahkan dirinya untuk memberi manfaat ketika manusia menggunakan akal budi pekerti dengan sebaik-baiknya.

<Kang Win, Juni 29, 2020>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline