Lihat ke Halaman Asli

Kang Win

Penikmat kebersamaan dan keragaman

New Normal, Lebaran Tak Harus Baju Baru

Diperbarui: 25 Mei 2020   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribun Jabar - Tribunnews.com

Kemarin 24 Mei 2020 umat Islam merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H

Seperti sudah diprediksi jauh-jauh hari, kaum Muslimin merayakan Idul Fitri atau lebaran tahun ini berbeda dengan biasanya, sebagai dampak dari pandemi covid-19.

Dibandingkan dengan  di belahan dunia lainnya, umat Islam di Indonesia paling merasakan akibat pandemi covid-19 ini dalam merayakan  idul Fitri. Hal ini terkait dengan tradisi perayaan Idul Fitri di Indonesia yang jauh berbeda dengan negara lainnya, termasuk dengan negara serumpun seperti Malaysia.

Di Indonesia, tradisi perayaan Idul Fitri jauh lebih semarak dengan melibatkan berbagai aspek kehidupan. Tradisi mudik, misalnya. Mungkin hanya di Indonesia tradisi mudik lebaran yang memiliki tingkat kompleksitas yang sangat tinggi. Tidaklah heran apabila dalam tradisi mudik lebaran, dituntut keterlibatan negara secara penuh. Berbagai unsur pemerintahan termasuk Polri dan TNI dari pusat sampai daerah semua bahu membahu mensukseskan berlangsungnya tradisi ini.

Tahun ini, tradisi mudik tidak bisa terlaksana seperti biasanya. Penyebabnya penerapan PSBB dan larangan mudik terkait dengan pandemic covid-19. 

Menjelang lebaran tahun ini, kita tidak lagi menyaksikan antrian panjang kendaraan bermotor di ruas-ruas jalan tertentu yang berada di jalur-jalur mudik. Kita tidak lagi melihat semaraknya posko-posko arus mudik. Tidak ada pula program-program liputan khusus arus mudik yang biasanya menghiasi layar kaca dari semua stasiun TV Nasional.

Terlepas dari terjadinya "kebocoran", larangan mudik dan penerapan PSBB telah menjadi pembeda utama suasana lebaran tahun ini.

Lebaran kali ini tidak tampak kemeriahaan dan kecerian lebaran bersama dari sebuah keluarga besar, misalnya. "Rumah Nenek" yang biasanya menjadi pusat keceriaan itu, kini sepi meski hidangan lebaran tetap tersaji.

Sebagian masyarakat mensiasati kondisi ini dengan melakukan lebaran bersama secara virtual. Meski dapat sedikit mengobati "kerinduan" tetap saja tidak melahirkan kemeriahan dan keceriaan yang biasanya diwarnai dengan acara makan bersama yang dihidangkan sang nenek.

Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, lebaran memberikan dampak ekonomi yang luar biasa secara nasional. Kalangan perbankan misalnya, harus menyiagakan dana cash yang berlipat-lipat untuk mengantisipasi peningkatan penarikan dana oleh masyarakat.

Perayaan Lebaran juga memberikan "berkah" kepada sektor perdagangan berupa kenaikan omzet yang signifikan. Selain barang-barang kebutuhan "dapur" dan "meja tamu", barang-barang fashion menjadi primadona dalam sektor perdagangan menjelang lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline