Lihat ke Halaman Asli

Uwes Fatoni

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Menikmati Fasilitas Perpustakaan di Universitas Amerika

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390439303314977482

Perpustakaan memiliki fungsi yang ideal sebagai tempat gudang ilmu. Berkunjung ke perpustakaan berarti berupaya mencerdaskan diri kita untuk belajar dan memahami karya-karya bermutu. Perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 bertujuan sebagai sumber informasi untuk mencerdasakan bangsa dan menumbuhkan budaya gemar membaca. Dengan demikian perpustakaan dikelola secara profesional. Sayang, sekalipun UU-nya sudah ada ternyata perpustakaan di Indonesia masih sangat jarang  menjadi tempat utama kunjungan masyarakat, termasuk juga perpustakaan kampus. Masih banyak perpustakaan kampus yang tidak jauh berbeda dengan tempat pemakaman buku. Kondisinya sepi, berdebu, sekali-sekali didatangi  mahasiswa yang ingin membaca skripsi, tesis atau disertasi kakak angkatannya untuk dipelajari, ditiru atau bahkan dicontek. Tak ubahnya pemakaman yang hanya didatangi oleh orang yang ingin memberikan sesajen. Perpustakaan terkadang ramai setahun sekali  ketika mahasiswa akan meminta surat keterangan bebas pinjaman seperti pemakaman yang didatangi setaun sekali untuk nyekar.  Selebihnya, hari-hari biasa perpustakaan, termasuk perpustakaan kampus menjadi gedung yang terabaikan. Kondisi ini bila di kampus terjadi karena kurangnya perhatian dan dukungan dari pimpinan perguruan tinggi dalam mengadakan buku-buku bermutu dan  terbaru, berlangganan jurnal ilmiah atau menyediakan fasilitas wifi gratis bagi customernya. Imej buruk ini mungkin sudah berubah di beberapa perguruan tinggi terkenal di tanah air yang memahami peran strategis perpustakaan bagi kemajuan akademik penghuninya. Beberapa perguruan tinggi terkenal seperti UI, ITB, UGM sudah memiliki perpustakaan yang wajahnya merah merona, mengundang mahasiswa untuk berkunjung dan betah berlama-lama di sana. Sisanya kebanyakan perpustakaan kampus wujuduhu ka 'adamihi (ada tapi seperti tiada) Saya beruntung mendapat kesempatan untuk berkunjung menjadi visiting research scholar (peneliti tamu) di UCSB (University of California Santa Barbara) USA. Saya datang kesana sebagai bagian dari kegiatan Prosale Diktis Kemenag RI selama 3 bulan. Penelitian disertasi saya yang menuntut saya untuk membaca banyak buku-buku terbaru dan artikel tentang Ahmadiyah dan ex-Ahmadiyah di Indonesia dan di dunia. Satu hal yang saya cari ketika berada di Davidson Library UCSB adalah mencari buku-buku tersebut. Alhamdulilah buku-buku tentang Ahmadiyah yang dulu susah saya dapatkan ketika berada di Bandung, ternyata begitu banyak tersedia di perpustakaan Davidson Library UCSB ini. Saya bahkan menemukan buku yang dulu hanya bisa melihat covernya saja di Amazon.com atau Google books. Di sini saya bisa meminjamnya dan membacanya sepuas mungkin. Bisa dikatakan di perpustakaan universitas Amerika buku-bukunya hampir lengkap, tersedia dari buku yang cetakan paling lama sampai paling baru semua ada.

Pintu Depan Davidsons Library UCSB

Ruang Koleksi Perpustakaan

Sistem katalog buku yang terkomputerisasi melalui jaringan internet juga sangat membantu dalam  encarian buku sebelum datang ke sana. Saya tinggal search di library.ucsb.edu dan mesin pencari perpustakaan tersebut akan menunjukkan buku/artikel yang kita butuhkan. Untuk tulisan artikel jurnal internasional, perpustakaan telah berlangganan, sehingga tinggal download saja sebanyak yang kita mampu. sedangkan untuk buku-buku yang tidak saya bisa saya temukan di perpustakaan ini sy bisa pesan untuk dipinjam dari perpustakaan kampus kota lain. Jadi kalau kita butuh beberapa buku yang ternyata berada di perpustakaan kota lain pesan saja dan tunggu beberapa hari sampai buku tersebut  diantarkan ke perpustakaan tempat kita terdaftar jadi anggota. Kalau bukunya ada di negara lain kita bisa baca format microtichie atau microfilm. Saya diperkenankan meminjam disertasi asli Prof Deddy Mulyana di perpustakaan Monash University  Australia  dengan membacanya melalui file Microtiche, file khusus yang hanya bisa dibaca melalui microtichie reader yang juga disediakan  di perpustakaan. Luar biasa.....

Rak Buku bertema tentang Keislaman

Di sisi lain, mahasiswa saya lihat sangat betar berada di dalam perpustakaan, ruangan perpustakaan betul-betul diciptakan untuk rasa nyaman. Ruang baca dan ruang koleksi dipisah. Meskipun begitu mahasiswa mau bawa tas dan laptop ke dalam ruangan baca, silahkan saja tidak masalah. Mereka mau ngopi ataungemil makanan bisa beli di toko makanan yang disediakan di lantai dasar perpustakaan dekat bagian sirkulasi. Tapi tentu saja makanan itu tidak boleh dibawa ke ruang baca di lantai atas. Dengan suasana seperti itu mahasiswa betul-betul merasa betah berada di perpustakaan. Mereka bisa baca sepuasnya buku-buku yang ada di sana sampai malam hari, karena jam buka perpustakaan sampai tengah malam. Mereka mau menulis apapun mudah, toh referensinya melimpah. Ruang Baca Davidsons Library UCSB Aturan peminjaman sebetulnya tidak jauh berbeda dengan di perpustakaan tanah air, hanya yang membedakan jumlahnya yang boleh dipinjamnya.  Saya sebagai visiting reseacher diperkenankan meminjam sampai maksimal 50 buku dalam waktu 3 minggu. Ini sama seperti mahasiswa undergraduate/S1. Bagi mahasiswa S2 dan S3 yang lebih banyak kewajiban membacanya bisa meminjam sampai 200 buku bahkan yang sedang riset bisa sampai 300 buah. Sedangkan dosen dan staff UCSB diberi keleluasaan hampir tak terbatas. Mereka bisa meminjam buku sampai 1000 buah. Bahkan berapa pun jumlah buku  yang ingin mereka pinjam akan disediakan asal kuat saja membacanya. Pantas dosen-dosen di Amerika sangat produktif menulis, mereka tidak dipusingkan dengan harga buku yang selangit, karena semua buku akademik terbaru sudah otomatis tersedia di perpustakaan kampus tatkala hari pertama dilanunching.

Jam Buka Perpustakaan Selama Musim Winter 2014

Cara pengembalian buku juga cukup sederhana. Masukkan saja bukunya ke kotak pengembalian. Mahasiswa tidak perlu mencatatkan lagi buku yang akan dikembalikannya. cukup simpan dan nanti akan didata oleh petugas perpustakaan. Kalau ingin memperpanjang, tidak perlu datang ke perpustakaan, cukup klik saja permohonan perpanjangan lewat internet. Beres. Kita bisa memperpanjang peminjaman sampai lim a kali. Namun, bila perpustakaan meminta kita untuk mengembalikan kita harus segera menyerahkannya. Kalau tidak akan kena denda. Demikian juga dengan keterlambatan dan juga kehilangan dendanya cukup besar &65 dollar. Jadi harus berhati-hati dalam menjaga buku. Jangan sampai hilang. Anda punya pendapat lain tentang perpustakaan. Silahkan sampaikan di bagian komentar. (Ini adalah tulisan serial pengalaman saya  tinggal di Amerika, tepatnya di University of California Santa Barbara, (UCSB) California, USA, sebagai Visiting Research Scholar di Orfalea Center Global and International Studies selama Januari - April 2014. Tunggu tulisan lainnya.) Baca juga : Shalat Yuk, tapi di mana? makan Yuk, tapi yang halal! Jarak Indonesia-Amerika Serikat itu Dekat Loh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline