Lihat ke Halaman Asli

Uwes Fatoni

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Wisata Akademik dan Kemampuan Berbahasa Inggris

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14036309581503182597

[caption id="attachment_344638" align="aligncenter" width="576" caption="Penampilan Rampak Gendang dari Saung Mang Udjo dalam Acara Pembukaan "][/caption]

Fikom Universitas Padjadjaran  hari ini sedang punya gawe menyelenggarakan konferensi internasional kajian ilmu komunikasi "10th Biennial Convention" hasil kerjasama dengan Asosiasi komunikasi Asia Pasifik (Pacific and Asian Communication Association / PACA 2014. Konferensi ini menjadi media untuk mendiseminasikan hasil riset ilmuan komunikasi tentang Asia. Sehingga tema yang diusungnya pun berkaitan dengan Asia "Beyond Asia: Communicating Asian Culture to the World".

Berdasarkan slide di pembukaan konferensi yang bertempat di Aula Graha Sanusi Hardjadinata Unpad Dipati Ukur, dalam konferensi ini akan dipaparkan 250 makalah dari 15 negara 4 benua. PACA memang diakui sebagai salah satu asosiasi ilmu komunikasi di tingkat Asia yang sekretariatnya berlokasi di Sungkyunkwan University, Korea. Sejauh yang saya ketahui, kegiatan konferensi ini merupakan hasil kunjungan Prof. Deddy Mulyana ke Korea tahun lalu dan beliau mengajukan kepada Presiden PACA Prof. Seon Gi Baek, Ph.D agar pelaksanaan konvensi PACA kesepuluh diselenggarakan di Bandung.

Prof. Deddy Mulyana sebagai ketua panitia lokal konferensi dalam sambutannya di acara pembukaanberharap melalui kegiatan ini akan memperkokoh persatuan dan hubungan negara-negara Asia, melalui perwakilan para ilmuannya Dalam sambutannya yang berbahasa Inggris ia menyatakan "inilah saatnya negara-negara Asia yang memiliki warisan budaya yang tinggi mampu menggunakannya sebagai fondasi bagi peradaban dunia yang berbasis perdamaian, saling menghargai dan saling mensejahterakan".

Sisi menarik dari konferensi PACA ini adalah upaya Unpad untuk menjadikan kegiatan ini sebagai pariwisata akademik. Prof. Deddy Mulyana, dalam artikelnya yang dimuat di Pikiran Rakyat (24/6) menyatakan bahwa perhelatan ini adalah event akademik sekaligus pariwisata. Gagasan pariwisata akademik sendiri sejatinya menurut beliau adalah  gagasan  Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Bagi Kang Emil, Bandung yang memiliki segudang pariwisata mulai dari kuliner, sandang, alam, seni serta kreativitas warganya memiliki daya tarik untuk dipromosikan kepada wisatawan manca negara melalui event internasional. Event internasional tidak hanya pameran tapi juga kegiatan konferensi seperti yang sekarang dilakukan. Jadi, selain kita, para ilmuan, dosen dan peneliti Indonesia berkumpul dan berbagi pengetahun serta hasil penelitian mutakhir dengan para ilmuan, dosen dan peneliti luar negeri, kita juga sedang mempromosikan pariwisata tanah air. Salah satu bentuk promosi pariwisata tersebut adalah penampilan rampak gendang dari Saung Udjo dan kunjungan ke Saung Angklung Udjo di akhir acara.

[caption id="attachment_344639" align="aligncenter" width="625" caption="Penampilan Rampak Gendang dari Saung Mang Udjo dalam Acara Pembukaan "]

14036310821122163270

[/caption]

Kegiatan  konferensi ini juga memberi efek positif bagi civitas akademik fikom Unpad. Panitia yang terlibat dalam kegiatan konferensi ini ternyata bukan hanya dosen, tapi juga mahasiswa S1. Mereka didorong untuk bisa melayani  undangan konferensi dengan bahasa Inggris. saya melihat  rasa  percaya diri para mahasiswa S2 itu untuk berbicara dan membantu para tamu undangan yang berasal dari negara-negara Asia, Amerika dan Eropa. Mereka terlihat seperti sudah terlatih berbahasa Inggris dalam sehari-hari.

Memang kebutuhan untuk bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris akan terasa penting ketika kitasudah dihadapkan pada kondisi dimana banyak orang luar Indonesia yang datang berkunjung, kita dituntut untuk bisa berinteraksi dengan baik dengan mereka. Untuk bisa berkomunikasi maka penggunaan bahasa internasional, Bahasa Inggris menjadi kebutuhan.

Di Bandung, budaya berbahasa Inggris ini sudah sering digalakkan oleh Walikota Ridwan Kamil sejak awal kepemimpinannya akhir 2013 lalu melalui program mingguan "Kamis English". Setiap hari Kamis warga Bandung didorong untuk berbahasa Inggris. Saya tergelitik untuk mengajukan usul agar  program Wali Kota alumni University of California ini bisa terus berkembang. Bagaimana kalau setiap hari Kamis Wali Kota Bandung mengadakan  promosi  kerjasama dengan berbagai bidang usaha untuk mengundang wisatawan mancanegara datang ke Bandung pada hari Kamis. Misalnya dengan diskon belanja besar-besaran. Bila warga Bandung sering bertemu dengan wisman terutama bule, maka mereka akan dituntut untuk bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.

Saya pribadi kemampuan berbahasa Inggris masih rendah. Kesulitannya terjadi karena Bahasa Inggris tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun saya pernah tinggal 4 bulan di Amerika menjadi peneliti tamu beberapa bulan lalu, tapi ketika kembali ke tanah air dan kemampuan berbahasa Inggris ini menjadi tumpul karena jarang  diasah, ketika kemarin saya dituntut untuk memaparkan makalah dalam bahasa Inggris, lidah ini terasakaku. Namun, seiring tuntutan untuk digunakan lagi, akhirnya kemampuan itu bisa datang kembali.

Konferensi pada Hari Selasa Kemarin baru 2 sesi pararel makalah yang sudah dipresentasikan. Dua Hari terakhir, Rabu dan kamis (25-26/6) masih ada tujuh sesi pararel presentasi makalah. Bagi Anda yang ingin hadir dalam konferensi ini dan cas-cis-cus mendengar dan berbicara bahasa Inggris silahkan datang langsung ke gedung Pascasarjana Unpad Dipati Ukur. Saya tunggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline