Lihat ke Halaman Asli

Husni Magz

Guru, pembelajar dan seorang ayah

Label 'Best Seller' yang Menipu

Diperbarui: 25 November 2018   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hal apa yang melatari kita membeli sebuah buku? Banyak faktor kenapa kita membeli sebuah buku. Mungkin saja kita membelinya karena direkomendasikan oleh teman kita yang sudah pernah membacanya. Atau kita membelinya karena memang butuh dan membaca reviewnya. Dan ada juga diantara kita yang membeli buku hanya karena ada label 'best seller' di sampul depannya.

Label 'best seller' seakan-akan menjadi sebuah jaminan bahwa buku tersebut bagus, berkualitas dan layak dibeli dan dibaca. Maka tak heran jika kemudian label best seller ini menjadi daya tarik. Daya tarik bagi penulis, penerbit dan konsumen. (baca: pembaca)

Lalu apa sih yang dimaksud dengan buku best seller itu? Best seller disematkan untuk buku-buku yang populer dan laris dipasaran. Sehingga tidak heran jika di toko buku besar seperti Gramedia selalu ada rak khusus untuk memajang buku-buku 'best seller.'

Akan tetapi, tidak ada aturan khusus yang menyebutkan seperti apa kriteria sebuah buku layak dinyatakan best seller. Kita tidak tahu berapa ribu eksemplar yang harus terjual untuk bisa mendapat predikat best seller. Sehingga tak heran jika label 'best seller' ini seakan-akan masih misterius bagi kita.

Yang lebih luar biasa lagi adalah ada buku best seller sejak cetakan pertama. Yang saya maksudkan adalah buku tersebut dilabeli best seller ketika pertama kali cetak. (Bukan best seller dalam artian laris sejak cetakan pertama lho). Saya jadi mikir bahwa akan lebih masuk akal jika label itu disematkan di cetakan kedua atau cetakan ketiga, karena kita bisa memahami bahwa mungkin buku itu laris di cetakan pertama. Lalu jika cetakan pertama sudah dilabeli best seller, larisnya darimana? Oh, saya husnudzon mungkin laris diterbitkan secara self publishing sebelum diterbitkan secara mayor.

Kemudian label ini juga biasa disematkan di buku terjemahan edisi cetakan pertama. Ya, buku tersebut laris di Negara asalnya, kemudian penerbit melabelinya dengan label 'best seller' tanpa memberi keterangan bahwa buku itu laris di Negara asalnya, bukan di indonesia. Karena bisa saja kan laris di Negara asal, tapi nggak laris di Negara kita karena ada banyak faktor.

Yang jelas, sejatinya label ini hanya untuk bahan promosi bagi penerbit dan penulis untuk menggaet pembaca. Terlepas dari kenyinyiran saya di artikel ini, pada akhirnya saya bisa memaklumi hal ini dan hal ini wajar saja. toh saya juga pasti akan merasa senang ketika buku saya best seller. Hehe. setidaknya, anggaplah label tersebut sebagai doa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline