Lihat ke Halaman Asli

Kang Suhandi

Tinggal di Bogor

Agar Tidak Ada Suporter Sepak Bola yang Tewas (Lagi), Semua Harus Berkontribusi

Diperbarui: 26 September 2018   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempo.co

Kejadian meninggalnya suporter The Jak (Persija Jakarta) bernama Haringga Sirilla yang dikeroyok oleh suporter Viking/Bobotoh (Persib Bandung) menambah catatan kelam kondisi persepakbolaan Indonesia. Sebagai seorang pendidik, permasalahan ini bukan masalah pembinaan sepak bola semata, melainkan permasalahan dan kegagalan pendidikan dan pembinaan generasi muda kita, khususnya dalam hal pembentukan karakter.

Kejadian ini tentu bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pun pernah terjadi korban tewas akibat kerusuhan dan pengeroyokan antar suporter, baik dari kubu The Jak maupun Bobotoh. Artinya, mata rantai konflik antar pendukung kedua klub ini belum selesai, sehingga kejadian seperti ini berpotensi terulang di masa yang akan datang, jika penanganannya sama seperti yang sudah-sudah.

Dalam hal tewasnya Haringga, saya sempat melihat kondisi saat korban dipukuli dan dianiaya. Sungguh menyedihkan, di tengah kerumunan banyak orang, terdapat satu orang dengan kondisi tergeletak bertelanjang dada disiksa, dipukul, ditendang. Tanpa ada rasa iba di hati mereka. Bahkan, beberapa merekam kejadian tersebut seolah menjadi satu kebanggaan dan kemenangan.

Melihat kondisi ini saya merasa ada yang salah dalam pembentukan pribadi anak-anak muda kita saat ini. Yang menyedihkan lagi, data pelaku yang teridentifikasi berusia semaja, sebagaimana dirilis oleh pihak kepolisian. Sungguh menyedihkan dan mengkhawatirkan. Jika anak-anak, remaja dan pemuda kita bermental seperti ini, apa yang diharapkan untuk masa depan mereka?

Melalui tulisan ini, saya sebagai pendidik mencoba memberikan saran dan masukan kepada berbagai pihak agar kejadian ini tidak terulang di masa yang akan datang.

1. Penguatan Peran Keluarga

Anak-anak, remaja dan pemuda pecinta sepak bola pasti berasal dari keluarga. Ada ayah dan ibu di sisi mereka. Bagaimana anak beraikap, demikianlah ia dibentuk oleh orangtuanya. Dalam masalah ini, sudi kiranya para orangtua untuk lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya, khusunya pecinta sepak bola. Olahraga mustinya jadi ajang membentuk sportivitas dan kepedulian.

Seringnya menyaksikan kerumunan suporter sepak bola yang naik kendaraan ugal-ugalan bisa jadi karena tidak mendapatkan perhayian yang cukup dari orangtuanya. Ingat, jika anak sudah tak bisa diarahkan orangtuanya, bisa jadi ada masalah dalam diri orangtuanya. "Mari kita evaluasi diri".

2. Penguatan Pendidikan di Sekolah

Sekolah rumah kedua bagi anak. Guru, dalam hal ini memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Pendidik harus peka dengan masalah ini. Jangan sampai bibit-bibit sikap destruktif ada dalam diri anak didik kita. Maka, mari kita lakukan pembenahan pendidikan kita.

Secara konsep, pendidikan di tanah air ini sudah mulai ditata ke arah pembentukan karakter. Akan tetapi, implemetasi di lapangan masih belum optimal. Guru masih merasa terbebani dengan tugas-tugas yang bersifat administratif, sehingga waktu mendampingi anak didik belum juga optimal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline