Perhelatan pemilihan umum (pemilu) Presiden dan Wakil Presiden masih satu tahun lagi, yaitu di tahun 2019, akan tetapi saat ini sudah beberapa partai politik (parpol) yang mendeklarasikan calon presiden yang akan diusungnya. Baru-baru ini, PDIP mendeklarasikan pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Calon Presiden 2019-2024, setelah sebelumnya beberapa parpol pun mendeklarasikan pencalonan Jokowi sebagai Capres.
Jika menghitung jumlah parpol yang sudah mendeklarasikan Jokowi sebagai Capres 2019-2024, maka sudah 8 parpol yang menyatakan dukungan atau mendeklarasikan. Parpol yang pertama kali mendeklarasikan Jokowi adalah NasDem. Setelah itu dukungan kepada Jokowi silih berganti dideklarasikan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Perindo, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), terkini PDIP.
Dukungan terhadap Jokowi tidak hanya diberikan oleh parpol pendukung pemerintah saat ini, akan tetapi juga diberikan oleh parpol pendatang baru, seperi PSI dan Perindo. Hal ini wajar, karena sebagai penguasa akan lebih diuntungkan dengan akses dan program yang dijalankan saat ini bisa bersentuhan langsung dengan rakyat sebagai pemilik suara.
Memang, Jokowi saat ini menjadi primadona bagi sebagian besar parpol karena dari berbagai survey yang dilakukan elektabilitasnya masih menduduki peringkat teratas, walaupun tidak dalam posisi yang sangat aman, karena masih berada di angka sekitar 50an.
Mengapa sebagian besar parpol masih mendukung Jokowi? Di antara yang menyebabkan dukungan itu karena : Pertama, sebagian besar parpol tidak punya figur yang dapat dijual baik popularitasnya maupun kemampuannya. Kedua, menjadi pesaing patahana terlalu beresiko tinggi, baik secara finansia maupun dukungan program. Ketiga, perlu modal besar untuk memunculkan calon lain, terutama mengangkat elektabilitas dan popularitas. Dan keempat, (masih) percaya kepada kemampuan Jokowi dalam mengusung ide perubahan
Memunculkan Jokowi sebagai Capres resikonya memang lebih ringan, sehingga yang saat ini sedang menjadi diskusi para pendukung Jokowi bukan lagi Capres, akan tetapi siapakan gerangan yang pas, cocok dan potensial mendampingi Jokowi sebagai Cawapres 2019-2024? Posisi Cawapres ini seolah menjadi primadona bagi partai-partai pengusung Jokowi. Mengapa mereka menginginkan posisi Cawapres? Beberapa analisanya adalah :
Pertama, dengan menjadi pendamping Jokowi akan mudah "dompleng" popularitas. Cawapres tidak memulai dari nol dalam hal meningkatkan elektabilitas dan popularitas, karena akan dipengaruhi oleh Jokowi sebagai Capresnya.
Kedua, jika terpilih maka peluang menjadi Capres tahun 2024 terbuka lebar, karena Jokowi secara konstitusi sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai Capres. Ini ibarat tabungan yang dikumpulkan oleh pendampin Jokowi pada perhelatanPilpres selanjutnya.
Nah, tinggal siapakah yang pada akhirnya nanti dipilih oleh Jokowi atau direkomendasian oleh parpol pengusung Jokowi. Jika posisi Cawapres diambil juga oleh PDIP, seperti menduetkan Jokowi dengan Puan Maharani maka mesin parpol pendukung tidak akan bekerja secara optimal. Akan ada kesan dominasi dan egosentris terhadap PDIP sendiri.
Jika dari luar PDIP, katakanlah yang sudah mendeklarasikan sebagai Cawapres ada Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dari PKB, ada Romahurmuziy dari PPP, dan ada juga Airlangga Hartarto dari Golkar. Selain itu, banyak juga berseliweran nama-nama yang disimulasikan, seperti Jenderal Gatot Nurmantyo, Sri Mulyani, Bambang Gunawan, AHY, Susi Pudjiastuti, Wiranto, termasuk Ahok. Kesemuanya itu masih misterius. Karena, penetapan Cawapresnya Jokowi pasti akan dilakukan di akhir-akhir waktu dan dengan pertimbangan kriteria yang sangat ketat.
Mengapa demikian, pasti keinginannya bahwa Cawapres harus memiliki peran dan kontribusi pada kemenangan, tak sekedar dompleng nama dan cari keuntungan. Kita lihat, siapa sesungguhnya yang akan jatuh ke pelukan Jokowi pada perhelatan Pilpres 2019 mendatang, sambil kita menantikan para penantang Jokowi yang tentunya menjadi pertaruhan kondisi bangsa ini ke depannya.