Lihat ke Halaman Asli

Kang Suhandi

Tinggal di Bogor

Mendidik Anak adalah Kewajiban Utama Orang Tua

Diperbarui: 23 Februari 2018   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock

Anak adalah amanah. Ya, demikianlah memang adanya. Kehadiran anak bukan sekedar keinginan orang tua, kehadiran mereka merupakan pemberian Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Hal ini dapat kita lihat di sekitar kita. Ada pasangan suami istri yang berumahtangga bertahun-tahun, akan tetapi kehadiran sang buah hati tak kunjung datang.

Ada pula yang menahan diri dengan berbagai cara, seperti ikut program KB, kalender dan sebagainya, giliran datang waktunnya harus mengandung, ya terjadilah. Oleh karena itu, berbahagialah pasangan yang dikaruniai anak di mana banyak pasangan yang butuh waktu lama menantikan kehadirannya.

Pasangan suami-istri yang diberikan amanah berupa kehadiran anak, maka ia dinilai oleh Sang Maha Pencipta sebagai orang yang mampu menerima dan menanggung amanah tersebut, sehingga pada akhirnya nanti pelaksanaan amanah dengan sungguh-sungguh ini, hasilnya akan kembali kepada orangtua anak tersebut di dunia maupun sebagai investasi amal akhirat.

Lantas, apa kewajiban yang musti dijalankan oleh orang tua terhadap anaknya? Di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah memberikan "pendidikan" yang baik, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, serta memberikan efek kebaikan bagi diri, orang tua dan lingkungannya.

Bentuk tanggung jawab pendidikan orang tua bisa dilakukan dengan beberapa tahapan berikut, yaitu :

Pertama, mendidik langsung. Hal ini tidak bisa dihindari dengan berbagai alasan. Misal, ayah sibuk dan tak punya waktu, atau merasa tak mampu secara keilmuan, dan sebagainya. Orang tua harus berperan aktif dalam proses pendidikan anak-anaknya dengan melibatkan diri mereka masing-masing.

Sepanjang usia pertumbuhan dab perkembang anak, peran-peran pendidikan harus dimainkan oleh orang tua, baik ayah maupun ibu. Sebagai contoh, ayah mau meluangkan waktu bersama anak untuk sekedar main, berolahraga atau bersenda gurau. Dalam aktivitas itu, harus ada muatan nilai yang disampaikan.

Jika ayah bercerita tentang kisah seorang pedagang, misalnya. Ayah bisa menanamkan nilai-nilai perjuangan, kerja keras dan kesabaran kepada anaknya, termasuk menceritakan bagaimana ayahnya berjuang dan bekerja.

Seorang ibu yang menemani anak mengerjakan PR, ia dampingi dan bimbing. Ibu bisa menanamkan nilai-nilai tanggung jawab dan kejujuran kepada anak. Bahkan, saat nonton TV bersama, jangan sungkan untuk memberikan klarifikasi terhadap tayangan-tayangan yang tidak mendidik.

Alasan klasik yang sering terjadi adalah, Orang Tua Sibuk (OTS). Jika kesibukan aktivitas pekerjaan kita sampai melupakan atau mengenyampingkan tugas pendidikan anak, maka siap-siap kita dilupankan dan dikesampingkan.

Jangan sampai ada hal baik pada diri anak tanpa ada peran ayah dan ibunya, karena itu kerugian yang teramat besar. Jika anak bisa membaca, mengaji, shalat dan berinfak, maka pastikan ayah dan ibunya memiliki kontribusi. Kontribusi itulah yang membuat kita bangga dan bahagia karena pahala dan kebaikannya akan selalu mengalir kepada kedua orang tuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline