Lihat ke Halaman Asli

Silahudin Din

Berbagi info, menuai setetes pengetahuan

Pilgub Jawa Barat, dan Bonus Demografi

Diperbarui: 16 Juni 2018   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PERSOALAN kependudukan yang dihadapi Negara Indonesia adalah hadirnya bonus demografi. Bonus demografi merupakan limpahan jumlah penduduk produktif -- usia angkatan kerja.

Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan Jawa Barat Dalam Angka 2017, jumlah penduduknya sebanyak 47,618,810 orang. Ini berarti jumlah penduduk di provinsi ini sekitar 19% dari jumlah penduduk di Indonesia.

Jumlah penduduk yang besar ini, di satu sisi sebagai potensi yang menguntungkan dengan usia produktifnya. Namun, di sisi lain, dapat menjadi beban sosial atau pemerintah, manakala jumlah penduduk yang besar itu secara kualitas yang dimilikinya rendah yang berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran, dan kemiskinan.

Seiring dengan usia produktif tersebut, berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2010 - 2030: usia muda (0-15) 29,26% - 22,61%, usia produktif (15-64) 66,14% - 68,41%, dan usia tua (>64) 4,60% - 8,98% "Usia produktif dan usia tua menunjukkan peningkatan sedangkan penduduk usia muda menunjukkan penurunan. 

Komposisi di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2030-an Jawa Barat masih bisa menikmati bonus demografi sehingga harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien". (Bappenas. 2014).

Pada titik simpul inilah, bagaimana menyikapi bonus demografi atau limpahan jumlah usia produktif tidak hanya sekadar potensial, namun harus aktual dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat? Lalu bagaimana pasangan calon gubernur - wakil gubernur Jawa Barat periode 2018 - 2023 (terpilih) menyikapi ini?

Pertama, bonus demografi memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam konteks kepentingan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dan kedua, bonus demografi memberi peluang bagi kepentingan elektoral suara (baca: kepentingan demokrasi) pemilu legislatif, pemilu presiden, atau pemilu kepala daerah. 

Seiring dengan itu, pemilihan Gubernur - Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat secara langsung tahun 2018 ini, sebagai pemilihan langsung yang ketiga kalinya. Rakyat sebagai "body politic" sangat menentukan untuk memenangkan pasangan calon.

Oleh karena itu, pertama, sensitivitas pasangan calon gubernur - wakil gubernur Jawa Barat, berkelindan merajut kebijakan-kebijakan (program - program) terkait pementingan bonus demografi. 

Jumlah penduduk usia produktif itu dapat dimanfaatkan bagi pementingan (proses) pembangunan berkelanjutan. Bonus demografi yang diterima negara Indonesia umumnya dan khsusnya Jawa Barat, perlu disiasati dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mana bonus demografi itu tidak sekedar potensial, akan tetapi justru harus menjadi aktual bagi pementingan pembangunan berkelanjutan. 

Kalau bonus demografi tidak termanfaatkan dalam pementingan pembangunan secara luas, maka itu dapat menjadi beban sosial, atau beban pembangunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline