MEMAJANG FOTO ULAMA
Hampir di setiap rumah seorang muslim memajang foto ulama, ada yang diletakkan di ruang tamu, ruang tengah, kamar pribadi, ruang kerja, kantor, bahkan di toko atau warung. Juga ada yang dibuat stiker kendaraan, bahkan ada yang dibuat lukisan bak truck dengan disertai quote-quote yang menjadi motivasi kehidupan.
Beragam alasan mereka melakukan itu, ada yang memajang foto ulama karena nge-fans banget atau bahasa agamanya Muhibbin, ada yang karena ikatan guru dan murid, sehingga dengan memasang foto gurunya si murid hatinya bisa Rabithah (nyambung) dengan gurunya, ada juga karena ngalap berkah (ambil keberkahan) karena ada keterangan memandang wajah orang alim pahalanya seperti sedekah 1000 ekor kuda untuk jihad fi Sabilillah. Ada juga yang memasang foto ulama dibuat peng-laris warungnya. Ini alasan yang membuat saya geli.
Sebenarnya memasang foto ulama itu sah-sah saja, dimanapun berada asalkan ditempatkan di tempat yang mulia. Sebenarnya ada yang lebih penting dari sekedar memasang foto ulama, yaitu kita meniru jejak ibadah, akhlak dan perjuangannya. Bagaimana beliau rajin shalat berjamaah, dzikir, membaca Al-Qur'an. Bagaimana akhlak mereka kepada orang lain. Bagaimana perjuangannya menuntut ilmu, menyebarkan ilmu, mencintai ilmu, berdakwah, membimbing umat tanpa kenal lelah dan mengorbankan segalanya. Harusnya ngefans kepada ulama itu didasari karena cinta ilmu.
Maaf, saya pernah ditanya : pak di rumah bapak kok gak ada foto-foto ulama, atau kyai gitu? Ya.... saya jawab : gambar Ulama' dan wajah guru-guru saya tidak hilang di dalam hatiku, karena bagiku nge-fans kepada ulama itu meniru akhlaknya, mengamalkan wasiat-wasiatnya, cinta ilmu dan belajar, jangan berhenti mengaji, bagi saya itu lebih baik daripada cuma memasang fotonya saja tapi tidak berakhlak seperti ulama yang difoto itu. Apalagi yang memasang foto ulama untuk kepentingan duniawi, yang katanya untuk penglaris. Ini justru penghinaan bagi saya. Oleh karenanya, ketika memasang foto ulama harus didasari betul-betul karen cinta ilmu.
Alhasil, ulama adalah representatif keilmuan di dalam Islam. Mereka adalah pewaris Nabi, pembawa dan pelanjut perjuangan nabi. Cinta ulama berarti cinta ilmu. Jangan kau kotori cintamu padanya dengan perilaku-perilaku burukmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H