JANGAN MENJADI PENGANGGURAN
Negara dikatakan makmur salah satu indikasinya adalah angka pengangguran sedikit atau bahkan nyaris tidak ada, namun sulit untuk mencapai demikian. Pengangguran merupakan PR besar yang harus mendapat penanganan serius bersama, terutama bagi pemegang kepentingan. Sebab semakin banyaknya pengangguran akan meningkatkan angka kejahatan, seperti pencurian, perampokan, penipuan, narkoba dan kejahatan lainnya. Hal ini dipicu karena terdesaknya kebutuhan hidup, sementara penghasilan tidak ada, maka seseorang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya dengan menghalalkan segala cara.
Jika melihat dari dampak buruk yang diakibatkan dari pengangguran begitu besar, bahkan mungkin sampai mengakibatkan terjadinya kejahatan pembunuhan, maka orang yang sengaja menjadi pengangguran pasti berdosa. Dan bagi pihak yang berkepentingan untuk mengentaskan pengangguran ini, jika mereka tidak menjalankan tugasnya juga mendapat dosa yang sama.
Islam sangat mengecam umatnya menjadi pengangguran. Dan sangat menganjurkan umatnya untuk mau bekerja keras. Dalam literatur fiqih kerja mencari nafkah adalah wajib, sedangkan berpangku tangan hukumnya adalah haram. Hal ini dikarenakan, orang yang malas bekerja berarti telah mengkufuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah Swt.
Kepadanya, berupa nikmat akal, kekuatan, kesehatan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, secara fitrah, manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki kompetensi diri yang unik, beragam, dan sesuai dengan bidang pekerjaan tertentu. Jika mau bergerak dan memanfaatkan potensi yang ada pasti akan menghasilkan uang.
Orang yang pengangguran biasanya kerjanya suka melamun. Ia hanya suka membayangkan dan berfantasi dalam hidupnya, tetapi tidak ada aksi nyata. Dalam hidupnya cuma ada kata "seandainya" begini maka akan begitu. Hidupnya hanya di angan-angan, istilah dalam agama adalah thlul 'amal artinya panjang angan-angan. Dia sibuk memikirkan dan mencintai dunia, namun tidak ada kerja nyata. Sayyidina Ali karramalluhu wajhah berkata:[1]
.
Artinya: