Lihat ke Halaman Asli

MUSHOFA

KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Berdiri untuk Sang Nabi

Diperbarui: 9 Desember 2022   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berdiri Untuk Sang Nabi

Dalam tradisi pembacaan shalawat ketika sudah "mahallul qiyam" atau saat "marhaban" biasanya semua jamaah berdiri. Menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Kitabnya yang bertajuk "Haula Dzikra Al-Ihtifal bi Al-Maulid An-Nabawi" disebutkan bahwa hukumnya berdiri itu tidak wajib dan tidak pula sunnah melainkan "baik".

Kenapa "Baik" karena disini mengandung ungkapan rasa cinta, hormat, gembira kepada Nabi. Memang Nabi secara fisik tidak hadir dalam majelis tersebut, namun secara rohani mungkin saja beliau hadir. Sungguh tidak sopan sekali jika kita kedatangan Nabi, namun kita sebagai umatnya malah acuh. Padahal dalam lantunan syairnya kita berucap "Isfa' lana Ya habibana" (syafaatilah kami wahai kekasihku).

Berdiri disini sebenar sebuah penghormatan, dimana ketika kita kedatangan tamu saja alangkah baiknya kita berdiri menyambutnya. Ini tamu rohani kita, sosok manusia yang menjadi penyelamat dari kemusyrikan, sosok insan yang menjadi suri teladan, sosok insan yang menjadi kekasih Tuhan, hadir di tengah-tengah kita, terus kitanya santai, duduk, diam. Sungguh keterlaluan bagi saya.

Berdiri saat marhaban inilah sekarang menimbulkan polmik. Ada yang setuju ada yang tidak. Bagi saya tidak menjadi masalah. Jika anda tidak setuju paling tidak saat berdiri ada nilai praktisnya. Kata Guru saya "bukankah berdiri itu berguna untuk meregangkan kaki yang sudah lama dilipat saat duduk sebelumnya?". Atau paling tidak ada nilai simbolik yaitu melalui keteladanan yang dipraktikkan Rasulullah kita bisa bangkit berdiri melawan kebodohan, kemiskinan, membela yang lemah dan melindungi yang teraniaya, lanjut keterangan Guruku.

Al-Hashil, Saya merindukan Rasulullah Saw, jarak saya dengan Rasulullah sangat jauh, baik secara kurun waktu atau tempat tinggal. Hanya dengan bersholawat saya bisa melampiaskan dan meluapkan rasa kerinduan saya. Bagi saya ketika marhaban intuisi spiritual saya bangkit yang mengharuskan saya harus berdiri untuk menyambut kedatangan beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline