MENANAMKAN KARAKTER KEPADA SISWA DENGAN BAHASA SIKAP
Ada ugkapan lama "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Artinya apapun yang dilakukan guru akan menjadi perhatian bagi murid-muridnya dan pasti akan ditiru oleh murid-muridnya. Guru adalah sosok nyata bagi muridnya. Guru adalah model bagi muridnya. Hendaknya guru harus menyadari akan hal ini. Maka disamping guru harus mempunyai kompetensi profesionalisme dibidang keilmuannya, guru harus mempunyai akhlakul karimah yang baik. Karena apapun yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh muridnya.
Dalam rangka menanamkan pendidikan karakter kepada murid, jurus yang paling jitu adalah "bahasa sikap" bukan bahasa lisan. Ada ungkapan indah dari ahli pendidikan yang menjadi idola santri di Pesantren yaitu Syeikh Az-Zarnuzi "lisanul hal afshahu min lisanil maqal" artinya bahasa sikap lebih sah daripada bahasa lisan. Disini guru dituntut menjadi percontohan bagi murid-muridnya, makanya ada yang mengartikan "GURU" digugu lan ditiru artinya di dengarkan nasihat-nasehatnya dan diikuti perilakunya.
Dalam menanamkan kedisiplinan kedatangan, guru tidak usah capek-capek berceramah di hadapan murid-muridnya, memasang papan pengumuman dan poster kedisiplinan, tetapi cukup dengan datang lebih awal dari muridnya, pasti murid akan mengikuti perilaku gurunya. Mungkin kita sering menemukan bahkan menjupai murid ketika ditanya "kenapa kamu datang terlambat?" mereka menjawab dengan enteng dan mudah "ya.. karena Bapak/Ibu guru datangnya juga terlambat". Bagaimana perasaan bapak/ibu guru jika menemukan siswa seperti ini? Apakah langsung menyalahkan muridnya? Seharusnya jangan, rubahlah perilaku bapak/ibu, pasti meraka akan juga akan berubah.
Dalam menaamkan karakter kebersihan, guru cukup memberi contoh dengan membuang sampah pada tempatnya, berpenampilan paraktis, bersih dan bagus. Ikut membantu membersihkan lingkungan. Saya yakin anak-anak murid akan meniru. Namun jika gurunya saja mmebuang sampah sembarangan, pakaiannya lusuh, penampilannya membosankan. Pasti akan sulit menanamkan karakter kebersihan.
Guru terkadang hanya bisa memberi perintah dan tugas, namun dia sendiri tidak memberi contoh dengan perilaku. Sebenarnya hal ini menyalahi teori pendidikan yang di tetapkan di dalam Al-Qur'an. Nabi sendiri di utus Allah Swt. tidak lain menjadi suri teladan bagi umatnya. Artinya sebelum nabi menyuruh umatnya, pasti nabi sendiri sudah mengamalkannya. Sebagaimana firman-Nya yang rtinya: "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah." (QS Al-Ahzab Ayat 21). Ayat ini harus menjadi pegangan para guru dalam mendidik muridnya.
Bahkan ada ancaman yang luar biasa jika seseorang hanya pandai menyuruh namun dirinya sendiri tidak mengerjakannya, ia akan mendapat kebencian Allah Swt. Allah berfirman dalam Q.S. As-Shafat:3 yang artinya "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Kitab Ayyuhal Walad memberikan nasihat kepada muridnya. Ia juga menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW tentang ancaman bagi orang berilmu yang ilmunya tidak bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Manusia yang paling berat mendapatkan siksa di hari kiamat, yaitu orang yang mempunyai ilmu, yang Allah tidak memberi manfaat atas ilmunya.". Kata Al-Ghazali bahwa memberi nasihat itu sangat mudah, yang sulit adalah menerima nasihat. Karena nasihat bagi orang yang menuruti hawa nafsunya terasa pahit, karena hal-hal yang dilarang dicintai oleh hatinya.
Alhasil, guru harus manjaga sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karena apapun yang ia lakukan selalu mendapat sorotan masyarakat terutama murid-muridnya. Keberhasilan karakter baik dalam diri murid tergantung kepribadian gurunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H