Lihat ke Halaman Asli

MUSHOFA

KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Beragama Jangan Hanya Bermodal Semangat Saja

Diperbarui: 8 Desember 2022   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

BERAGAMA JANGAN HANYA BERMODAL SEMANGAT SAJA

Ada aspek lain yang perlu diperhatikan, diantaranya aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya, ekonomi dan sekarang sudah merambah kepada kemajuan sain teknologi. Ber Islam namun hanya bermodal semangat akan menjadikan anda kaku, keras, dan gampang patah, dan justru akan mengotori Islam yang sejak turun Wahyu sudah berlebel agama Rahmah.

Apalagi di Indonesia yang masyarakatnya sudah punya gen guyup rukun, teposlero, sopan santun, andap ashor sejak zaman nenek moyang, tentu agama Islam sangat cocok dan tumbuh subur di bumi Rahmah ini. Nilai-nilai Ke Indonesiaan itu sangat sesuai dengan nilai-nilai Ke Islaman.

Beragama itu juga perlu menggunakan logika akal sehat, pikiran jernih, dan hati yang bersih. Sehingga penampilan anda menggambarkan Islam agama yang sempurna. Kalau beragama hanya bermodal semangat tanpa hati yang jernih, yang ada hanya nafsu belaka. Sementara nafsu itu menjadi kendaraan yang nyaman bagi setan untuk menjerumuskan manusia.

Dengan dalih syi'ar, tapi menghalalkan segala cara. Ada hak-hak orang lain yang dirampas. Ada hak-hak orang lain yang dijajah. Siang-siang Ramadhan rame-rame grebek warung makanan yang buka, ini ajaran siapa? Islam tidak mengajarkan seperti ini. Mau puasa, puasa saja, jangan menyakiti orang lain yang tidak puasa. Di luar sana banyak musafir, banyak anak kecil, banyak orang tua jompo, yang mereka secara syar'i boleh makan.

Dengan dalih syi'ar, turun ke jalan kirap rame-rame berpakaian muslim-muslimah pada acara-acara tertentu, tapi tidak pernah terpikirkan, jalan itu milik umum, disana banyak pengguna jalan yang lebih penting urusannya bahkan wajib, banyak bapak-bapak yang lewat dalam rangka mencari nafkah, ada ambulance yang harus menyelamatkan nyawa orang, dan lain sebagainya.

Dengan dalih syi'ar, menyalakan bunyi-bunyian musik islami, tilawah, murattal dengan suara yang nyaring tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Ada orang sakit atau tidak, ada orang tidur atau tidak, ada orang yang sedang solat atau tidak, ada orang yang sedang belajar atau tidak dan lain sebagainya. Harusnya ini menjadi pertimbangan.

"Menolak mafsadah harus didahulukan daripada menciptakan kebaikan".

Sungguh Islam adalah agama yang luar biasa, yang sangat mempedulikan segala aspek kehidupan, begitulah memang yang diajarkan oleh Nabi kita. Nabi yang menerima kemajemukan. Nabi yang membawa kedamaian. Nabi yang mengajarkan kesederhanaan. Nabi yang tidak suka berlebih-lebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline