Lihat ke Halaman Asli

MUSHOFA

KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Diriku Merasa Tersinggung Oleh Al-Qur'an

Diperbarui: 8 Desember 2022   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diriku Merasa Tersinggung Oleh Al-Qur'an

Ketika Al-Qur'an membicarakan sifat-sifatnya orang mukmin, sama sekali tidak ditemukan dalam diriku sifat seperti itu. Perhatikan ayat berikut!

Maknanya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allh , gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keiman mereka bertambah, dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. [al-Anfl/8:2-4]

Bila ayat di atas dicermati maka akan ditemukan beberapa sifat orang mukmin, diantaranya:

1. Gemetar hatinya jika dibacakan ayat-ayat Allah sebagai tanda tambahnya keimanan.

2. Hidupnya selalu bertawakal kepada Allah.

3. Selalu mengerjakan solat dan suka bersedekah.

Dimana letak ketersinggungan ku yaitu, ketika ada ayat Al-Qur'an dibaca sama sekali tidak ada efek dalam diriku. Saya anggap suara biasa yang lalu begitu saja. Tidak ada getaran-getaran apapun dalam diriku. Sungguh malu diriku, mengatakan "saya adalah mukmin sejati" sementara sifat mukmin tidak melekat dalam diriku.

Mukmin sejati adalah bertawakal kepada Allah. Arti tawakal secara sederhana adalah pasrah. Seorang mukmin sedikitpun tidak ada keraguan dan ketakutan dalam hidupnya, karena ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Sementara diriku masih khawatir besok makan apa? Dikemudian hari saya jadi apa? Kalau aku mati anak-anakku bagaimana? Sungguh malu diriku mengaku sebagai mukmin sejati, ternyata dalam diriku masih ada ketidak percayaan kepada-Nya.

Mukmin sejati tidak pernah meninggalkan sholat dan sedekah. Sholat sebagai bentuk menjaga hubungan dengan Allah, sedangkan sedekah menjaga hubungan dengan sesama. Mukmin sejati di samping sholih secara individu ia juga mempunyai kesolihan sosial. Sementara diriku, mungkin juga sholat, tetapi sholatku masih sekedar menggugurkan kewajiban. Belum bisa menjadi sarana berjumpa dan bermesraan dengan-Nya. Sifat kikir juga masih ada dalam diriku. Aku selalu perhitungan jika hendak bersedekah. Padahal Allah sama sekali tidak pernah perhitungan ketika memberi rizki kepadaku. Sungguh malu dan tersinggung diriku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline