Ini masih tentang pengalaman saya ketika masih bertugas di Kairo (2011-2014).
Bertemu dengan pak Aji Surya, diplomat senior yang juga penulis cukup terkenal di tanah air, membuat saya merasa rugi jika tidak mendapatkan percikan ilmunya tentang menulis.
Salah satu buku yang ditulis pak Aji adalah Geliat Islam di Rusia.
Sambil menemaninya mencari buku ke beberapa toko buku di Kairo, kami membicang banyak hal.
Saat menelusuri dan singgah di dua cafe yang sering di kunjungi Naguib Mahfouz, penulis Mesir yang memperoleh penghargaan nobel, beberapa kali pak Aji dengan sukarela memberikan tip-tips menulis.
Baginya, menulis itu sudah seperti makan. Tidak menulis terasa ada yang kurang dalam hidupnya. Tak heran, di tengah kesibukannya sebagai seorang diplomat dia sudah mengeluarkan sembilan buku dan atrikel yang sudah tak terhitung jumlahnya di media massa nasional.
Ketika ditanya mengenai inspirasi menulis, mantan wartawan Tempo ini menjelaskan dua metode yang dipakainya. Pertama membaca buku, dan kedua melakukan kontemplasi.
Menurutnya, cara kedua kelihatan sangat logis bagi mereka yang hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan rutin. Cara inilah yang lebih banyak diterapkan dalam kesehariannya sebagai penulis.
Karena adanya kesamaan latar belakang profesi sebagai abdi negara, saya juga meminta tips mengenai pembagian waktu dan saat-saat yang paling tepat untuk menulis. Dia berbagi tips, bahwa sebagai seorang pegawai negeri, waktu yang dia gunakan untuk menulis adalah saat tengah malam, sekitar jam 23.00 hingga 01.00 dini hari.
"Kenapa tidak pagi hari?", sanggah saya. "Sebagai seorang pegawai, energi kita akan banyak keluar kalau menulis di pagi hari, dan tentunya akan mempengaruhi kinerja di kantor", jelasnya.
Selain itu, sambungnya, waktu dini hari adalah saat yang tepat. Alasannya karena waktu kita bercengkrama dengan keluarga sudah cukup, dan saat keluarga beristirahat dan larut dalam mimpinya itulah saat yang tepat untuk mencari ketenangan dan serius dalam menulis.