Salah satu cara untuk mencapai akhlak yang mulia adalah dengan memperhatikan sikap kita terhadap orang lain, terutama dalam hal mendoakan kebaikan. Mendoakan kebaikan tanpa pandang bulu, terlepas dari siapa mereka atau bagaimana mereka memperlakukan kita, adalah upaya yang dapat melemahkan sifat egosentris. Egosentrisme adalah kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri, merasa diri lebih baik atau lebih penting dari orang lain. Sifat ini bertentangan dengan nilai Islam yang mengajarkan cinta kasih, saling mendoakan, dan merendahkan hati di hadapan Allah serta sesama.
Islam mengajarkan untuk tidak hanya mendoakan kebaikan bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, tanpa pandang bulu. Hal ini tercermin dalam firman Allah dalam surah Al-Hasyr ayat 10, di mana kaum Mukmin diminta untuk berdoa: "Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
Doa ini mengajarkan bahwa, Allah mengajarkan kita untuk mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang telah lebih dulu beriman. Doa ini mengandung makna agar kita tidak memiliki kedengkian dalam hati, melainkan selalu mendoakan kebaikan untuk sesama. Sikap seperti ini menuntut kita untuk menyingkirkan ego dan melembutkan hati.
Mendo'akan kebaikan untuk orang lain, sebagai bagian dari implementasi keimanan seseorang dan bagian dari ahlaqul karimah. Doa baik untuk sesama, meskipun orang tersebut tidak mengetahui, adalah tanda keikhlasan hati kita, yang otomatis mengikis ego pribadi. Malaikat turut mendoakan kebaikan yang sama untuk kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW., "Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, 'Dan bagimu juga yang seperti itu.'" (HR. Muslim).
Setiap doa yang tulus akan membawa ketenangan hati dan menumbuhkan sikap rendah hati serta kesadaran bahwa setiap orang, di mata Allah, berhak atas kasih sayang-Nya. Dengan mendoakan orang lain tanpa memandang status atau hubungan pribadi kita dengannya, kita melemahkan ego dan membuka hati untuk merasakan manfaat dari ketulusan tersebut.
Dengan mendoakan orang lain, akan melembutkan hati kita dari kebencian dan mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang. Tanpa kita sadari, sikap ini bukan hanya memperkuat persaudaraan, tetapi juga mengangkat kehormatan kita di sisi Allah. Setiap kali kita tulus berdoa untuk kebaikan orang lain, Allah memuliakan kita karena hati yang lapang dan bersih adalah hati yang paling dicintai-Nya.
Mendoakan orang lain tanpa pandang bulu, akan berdampak positif dan mengandung hikmah, antara lain :
Melemahkan Sifat Egosentris
Walaupun terasa berat di awal dalam mendo'akabn orang lain, lebih-lebih orang yang kita benci, namun dengan riyadhoh (latihan) yang pada akhirnya terbiasa mendoakan kebaikan bagi orang lain, terutama mereka yang mungkin tidak kita sukai atau yang menyakiti kita, kita berlatih untuk mengalahkan ego dan kesombongan diri. Kita menyadari bahwa setiap orang adalah hamba Allah, yang juga berhak mendapatkan doa dan kebaikan.
Menguatkan Hubungan Sosial dan Menjaga Persaudaraan