Lihat ke Halaman Asli

Strategi Baznas Banten dalam Penghimpunan ZIS di Masa Pandemi

Diperbarui: 10 Februari 2022   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020 dengan dinamika permasalahan yang terjadi, telah merubah banyak sendi kehidupan dari sisi Kesehatan, ekonomi, kebudayaan baik individu maupun institusi termasuk didalamnya organisasi pengelola zakat (OPZ).

Mengutip dari halaman situs https://kneks.go.id/beranda Anggapan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah lembaga yang paling aman dari serangan wabah covid-19 ternyata tidak benar. dari segi penghimpunan, OPZ ada yang mengalami penurunan dan ada yang mengalami peningkatan. 

Bagi yang turun penghimpunannya umumnya dirasakan OPZ yang mengandalkan donasi berorientasi tatap muka atau langsung. 

OPZ ini tidak memanfaatkan pola digital. Selain itu, penurunan juga disebabkan orientasi muzaki. Bagi OPZ yang segmen muzakinya adalah yang penghasilannya rawan turun ke kategori dimana orang tersebut tidak lagi diwajibkan atau tidak mampu berdonasi, maka akan berpotensi kehilangan donasi dari muzaki itu. 

Sementara, OPZ yang mengalami peningkatan adalah mereka yang mampu memanfaatkan keadaan. Serta, meningkatkan kepedulian masyarakat dengan cara yang tepat. Seperti memanfaatkan digital. (Ahmad Juwaini, Direktur Bidang Keuangan lnklusif, Dana Sosial Keagamaan dan Keuangan Mikro Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah / KNEKS).

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan merupakan dampak Covid 19 terhadap Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pertama, yang merupakan dampak terbesar adalah perencanaan anggaran lembaga. Situasi covid 19 menuntut LAZ untuk merekalkulasi kembali semua yang direncanakan. 

Secara praktis, hal tersebut membuat LAZ tidak akan berjalan sesuai dengan rencana anggaran awal. Kedua adalah aspek manajemen. Sebelum kejadian wabah Covid-19, kondisi lembaga berjalan normal, manajemen bisa berjalan secara terbuka dan ekspansif. 

Namun, dalam situasi covid 19, manajemen harus mengukur kemampuan lembaga. Membatasi pengembangan aktivitas dan mengontrol pengelolaan manajemen lembaga hanya untuk yang pokok saja. Dan yang ketiga tantangan paling krusial adalah bagaimana menghitung maksimal dan minimal kebutuhan biaya operasional yang harus tersedia dan kemudian bisa mempertahankan seluruh entitas manajemen yang ada. Sedangkan untuk memaksimalkan pengelolaan zakat, program inovatif dan kolaboratif sangat diperlukan. 

Ada tiga hal. Pertama, mengoptimalkan database donatur yang memang sudah ada dari tahun-tahun sebelumnya. Kedua, optimalisasi di tools. Optimalkan pilihan-pilihan alat komunikasi digital yang dimiliki baik website maupun media sosial. Dan yang ketiga, adalah optimalisasi konten atau marketing komunikasi, dalam ruang digital dapat disederhanakan menjadi optimalisasi konten-konten marketing komunikasi yang mau disampaikan ke publik. (Bambang Suherman Ketua Umum Forum Zakat / FOZ)

Meski mengalami serangkaian dampak covid-19 sebagian besar OPZ, termasuk BAZNAS di dalamnya, mengalami peningkatan pengumpulan donasi. Jumlah muzaki memang menurun, dana yang berasal dari zakat turut mengalami penurunan. Tetapi dari sedekah dan infak mengalami peningkatan hingga 50 persen dari tahun lalu. 

Lebih lanjut, hal ini karena dalam operasional BAZNAS ataupun LAZ pada umumnya dibagi dua, ada yang bekerja dari rumah atau BDR dan ada yang di lapangan. Jajaran manajemen bekerja dari rumah, sementara amil 90 persennya di lapangan kecuali bagian administrasi. (M. Arifin Purwakananta (Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional / BAZNAS).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline