ABDF -- Kehadiran sepeda motor tidak lagi berfungsi tunggal sebagai moda transportasi. Lebih dari itu, kendaraan roda ini telah tumbuh menjadi sarana berwisata. Mulai dari personal hingga berkomunitas.
Beberapa tahun terakhir popular digaungkan istilah Sunday Morning Ride (Sunmori) maupun Saturday Morning Ride (Satmori). Satu atau dua dekade ke belakang istilah untuk aktivitas serupa dikenal dengan Rolling Thunder. Keduanya digunakan ketika bersepeda motor hanya di dalam kota.
Dalam implementasinya riders sering melakukan sunmori maupun satmori untuk berwisata ke kota yang berdekatan. Jika di Jakarta maka umumnya kegiatan tersebut ditujukan ke daerah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur maupun Kabupaten Sukabumi.
Istilah kedua untuk berwisata menggunakan sepeda motor adalah touring. Para rider melakukan kegiatan ini mulai dari seorang diri hingga bersama komunitas. Jarak dan waktu yang ditempuh lebih lama dan jauh dari sunmori maupun satmori.
Perkembangan pariwisata menggunakan sepeda motor kian ramai ketika pecinta roda dua mulai membentuk komunitas bikers. Dari lingkungan kerja, lingkungan masyarakat bahkan lingkungan pofesi pun turut memiliki perkumpulan peseda motor.
Secara mendasar mereka yang melakukan aktivitas touring maupun sunmori dan satmori akan mendapatkan kepuasan psikologis. Sementara itu dampak positif lainnya adalah akan memberikan pertumbuhan bagi pelaku usaha bidang kuliner, perhotelan/penginapan, foto dan videgorafi, cinderamata, pengelola destinasi wisata hingga industi otomotif itu sendiri.
Bersepeda Motor sebagai Sustainable Tourism
Sedikit mengulas sejarah dunia sepeda motor, dalam buku "Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini" tercatat bahwa orang pertama di Indonesia yang melakukan touring adalah Gerrit de Raadt pada 16 Mei 1917.
Saat itu Gerrit menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya. Sementara motor yang digunakan bermerek Reading Standar, brand sepeda motor yang lahir di Reading, Pennsylvania.