Lihat ke Halaman Asli

Poligami dan Spiritualitas Tertinggi

Diperbarui: 9 April 2018   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grafis : Olah Pribadi

Saya berbincang dengan salah seorang motivator muda. Sangat muda. Dia bercerita, bahwa seorang pria dapat dikatakan belum mencapai spiritualitas tertinggi jika belum berpoligami. Maksudnya, poligini alias beristri lebih dari satu.

Lawan bicara saya ini, adalah motivator jebolan sebuah akademi yang telah melahirkan banyak pemotivasi di negeri ini. Pendirinya, pun sering nongol di tipi-tipi. You know lah. Saya terus mendengarkan ceritanya.


Ia bertutur, bahwa di akademinya ditekankan hal semacam itu. Untuk memiliki lebih dari satu istri, agar tercapailah spiritualitas tertinggi. Dan enggak sekadar teori, sang empunya akademi pun mencontohkannya. Memiliki lebih dari satu istri juga.


Di sisi yang lain, lawan bicara saya ini tidak tahu. Bahwa saya telah banyak mendengarkan cerita dari rekan motivator se-akademinya, yang gagal dengan konsep spiritualitas tertinggi melalui cara berpoligami itu.


Ada yang memaksa istri pertama untuk menanda tangani dan menyetujui pernikahan dengan wanita lain. Ada yang subuh-subuh meninggalkan istri pertamanya yang sedang hamil muda demi "meminta jatah" pada mantan istri kedua yang udah ditalaknya. "Istri gue lagi hamil muda. Engga bisa ngelayani. Elu harus ngelayanin gue, karena elu masih istri gue!". Damned.


Belum lagi cerita-cerita lain tentang melakukan banyak cara termasuk cekokan dogma-dogma surga untuk "membodoh-bodohi" wanita. Yang intinya demi dapat dinilai oleh sesama rekan motivator di komunitasnya, bahwa dirinya telah mencapai spiritualitas tertinggi.

Lalu saya ambil selembar kertas. Dan saya minta nalarnya memandu untuk mengisi tabel yang saya buat.
Setelah tabel itu terisi, sebuah pertanyaan saya ajukan.

"Jika ada jalan untuk menuju tingkatan spiritualitas tertinggi yang tidak memiliki peluang menyakiti sesama makhluk Tuhan. Apakah dirimu akan mengambil jalan lain dengan tujuan yang sama, tapi berpeluang menyakiti sesama manusia??"


Mendadak dia berdiri dan pamit ke toilet. Mungkin ingin ngobrol sama sabun....

Kriiik,...kriiik,...kriiik,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline