Saya mohon diampunkan, jika tidak turut memberikan ucapan bagi mereka jiwa-jiwa pelita kegelapan, Guru.
Dalam hemat pemikiran saya, tanpa turut memberikan ucapan, toh mereka tetaplah pahlawan.
Meskipun penggunaan kata "pahlawan" tidaklah semudah itu melekat pada setiap jiwa dengan sandangan status guru di titelnya.
"PAHLAWAN" tidak pernah turun ke jalan untuk aksi demo-demoan. "PAHLAWAN" terus berbagi meski tidak ada yang peduli. Makan tidak makan, "PAHLAWAN" akan terus siap mengangkat senjata. Gaji tidak digaji, "PAHLAWAN" akan tetap menggetarkan pena-nya.
Ya...seorang "PAHLAWAN" sejati tidak pernah mau peduli pada kenikmatan diri. Segala yang ada pada dirinya, ia sadari hanya perlintasan diri.
Hingga dia merasa akan sangat malu terus berkoar tentang imbalan, atas ilmu dalam dirinya yang dititipkan Tuhan. "PAHLAWAN" sejati akan terus berbagi.
Ada tiadanya ucapan, ia akan terus menjadi penerang jalan. Bagi jiwa-jiwa yang diaelimuti kegelapan.
Walaupun ia tidak pernah menyadari, apa yang dilakukannya itu, membuatnya layak mendapat gelar pahlawan. Dia tak pernah tau, dan tidak mau tau.
Kemudian, akan saya berikan ucapan selamat hari guru ini, bagi diri sendiri saja. Meskipun diri ini bukanlah guru, dan tak pantas sedikitpun menyandang sebutan seorang guru.
"SELAMAT HARI GURU, UNTUK DIRIKU YANG BUKAN GURU...!"
Ya....
Diriku yang bukan guru, tapi merasa selalu mampu bicara dengan congkak seolah telah menguasai segala ilmu.