Lihat ke Halaman Asli

Kemakmuran Penolak Tambang dan Akhir Sinopsis Salim Kancil

Diperbarui: 25 Oktober 2015   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengorbanan Salim Kancil tidak boleh berhenti sampai nafas terakhirnya. Dan Dukungan masyarakat pada salim kancil menjadi momentum yg sangat baik bahwa inilah saat yg tepat untuk melawan mafia tambang di indonesia.

Di desa wotgalih, kec. Yosowilangun,.Lumajang muncul gerakan "melawan tambang" oleh masyarakat desa. Sama seperti desa Selok Awar-awar, desa wotgalih adalah korban hasil penambangan ilegal di Lumajang. Mereka mengenang bagaimana lokasi tambang ditinggalkan dengan puluhan lubang di mana-mana. Dulu desa Wotgalih dan pantai, membentang tiga gumuk pasir tinggi, sehingga pemandangan alamnya indah sekali. Aktivitas tambang pada 1998 sampai 2004 menghabiskan dua gumuk pasir, dan membuat lubang yg sangat banyak.

Tak ingin meratapi nasib, masyarakat Wotgalih mereklamasi sendiri tanah mereka yg berlubang itu. Dalam waktu tiga tahun, sekitar tahun 2008, lahan bisa ditanami kembali dengan semangka. Dan hasilnya, benar-benar menyejahterakan warga.

Sempat terjadi pergolakan oleh warga, saat PT Aneka Tambang ingin menambang kembali pasir besi di lahan yg sudah di tanami semangka. Setiap hari rabu mereka berdemonstrasi, berjuang mempertahankan lahan bekas tambang yg sudah kembali subur itu.

Uniknya, keberhasilan warga menghadang penambangan ulang pasir besi di desa sekitarnya, membawa berkah bagi mereka.

Desa Wotgalih sendiri, sebenarnya adalah desa miskin di Lumajang. Lebih dari 1000 keluarga dari 1800 keluarga berstatus prasejahtera (miskin) dan rumah yg tidak layak huni. Kini jumlah keluarga prasejahtera sekitar 532 keluarga, dan mencari rumah layak huni menjadi sulit. Itu semua karena hasil pertanian semangka dan pepaya.

Tidak sampai di situ, lebaran terakhir mereka melaporkan kas mereka sebesar 300 juta dari tiket wisata pantai. Kas mereka kini berlebih, dan rencananya akan digunakan untuk membangun jembatan beton senilai 146 juta, dan sisanya digunakan untuk berbagai aktivitas desa.

Warga Desa Wotgalih, kini sudah merasakan hasilnya. Mereka menyadari, bahwa tambang hanya akan menimbulkan konflik...

Kematian Salim Kancil memang bukan yg pertama, dan mungkin bukan akan menjadi yg terakhir kali. Salim Kancil dikeroyoki oleh massa, dan mirisnya proses pembunuhan itu justru di fasilitasi oleh kepala desa. Laporan terkahir 24 orang di tetapkan menjadi tersangka, dan 3 oknum polisi diduga terlibat dalam proses pembiaran pembunuhan Salim Kancil.

Saat peristiwa terjadi, sebenarnya masyarakat atau warga desa menyaksikan peristiwa itu. Namun karena mereka takut, akhirnya Salim Kanci dibiarkan dipukuli oleh massa. Pembiaran juga tidak dilakukan oleh warga, tetapi juga dilakukan oleh Polisi yg berjaga disekitar tempat itu. Menurut laporan, saat terjadi pemukulan, ada mobil polisi yg lewat dari tempat kejadian, namun mobil tidak berhenti dan belalu seolah tak terjadi apa2.

Mengapa bisa seperti itu? Menurut laporan Jaringan Anti Tambang Indonesia (JATAM) pasir besi lumajang, memiliki kualitas terbaik di Indonesia, dengan total kandungan besi sekitar 40%. Pasir ini kemudian di bawa ke perusahaan tertentu, dan sisanya di ekspor ke Cina. Sehingga dalam kasus ini, ada dua hal yg dilakukan oleh mafia tambang. Yang pertama, proses pengerukan pasir ilegal, dan Ilegal Mining.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline