RUMAH SWADAYA, Masyarakat Indonesia saat ini terutama baru saat ini kesulitan untuk dapat membangun Rumah untuk mengarungi rumah tangga yang menjadi syarat pokok Sebuah Keluarga, yaitu Sandang pangan papan. Seiring perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk yang semakin tidak terkendali serta ketimpangan ekonomi saat ini semakin lebar jurang pemisahnya.
Ketimpangan saat ini sungguh dirasakan bahkan sebagian orang mengatakan " yang kaya semakin kaya begitu sebaliknya yang miskin semakin miskin. Semoga tidak demikian adanya. Banyak sekali program yang di gelontorkan pemerintah untuk sedikit mengatasi hal tersebut diatas, seperti PKH, BPNT, KIS, KIP, Kartu Prakerja dll. Belum lagi bantuan bantuan untuk UMKM yang tidak mengikat bidang tertentu, pemerintah berusaha memudahkan dan menyederhanakan sistim agar memperkecil celah yang bisa di selewengkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Rerata masyarakat menengah kebawah untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam sebulan saja masih banyak tersendat marena penghasilan masih terlalu kecil, dengan tingkat pendidikan yang pas pasan juga(walau ini bukan merupakan penyebab utama. Dalam sarana kerja pun seperti alat transportasi, pada golongan ini harus merogoh kocek yang dalam, dikarena kan untuk mendapat satu unit motor harus melalui kredit baik setahun, 2 tahun dengan bunga yang cukup tinggi, semakin lama melakukan kredit maka akan semakin tinggi bunga yang harus ditanggung konsumen.
Belum lagi biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh kalangan menengah kebawah sehingga tidak bisa memilih sekolah favorit saat dompet kurang tebal. Dan masih banyak permasalahan permasalahan lain yang cukup menyita perhatian dan untuk di udari pleh pemerintah dan masyarakat. Program pendidikan yang terkoreksi oleh pandemi pun mengalami sedikit kemunduran dan membuat pemikiran lebih dari orang tuanya. Disebuah sekolah tentunya mengajarkan dua sisi kegiatan yaitu pendidikan dan pembelajaran.
Pendidikan adalah sebuh usaha secara sadar untuk mendewasakan peserta didik dengan cara mentransfer nilai nilai, sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer pengetahuan. Keduanya harus berjalan secara seimbang, yang saat ini saat pandemi dilaksanakan secara daring sehingga hanya bersifat pembelajaran yang memberi pengetahuan dan kurangnya menambah nilai nilai terhadap anak didik. Hal ini menyababkan pengetahuan tanpa diimbangi dengan nilai nilai dan karakter anak didik yang menyebabkan hilangnya karakter bangsa. Jiwa disiplin, jiwa menghargai, jiwa kemandirian, penanaman ide, jiwa sosial dll menjadi tidak terbentuk di era serba digital ini yang masih dalam rangka masa peralihan ini.
Hal pendidikan diatas sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mengarungi kehidupan berbangsa serta bermasyarakat terutama dalam memenuhi 3 kebutuhan pokok sandang pangan papan. Kehidupan sehari hari dijalani dengan maksimal dan yang diperoleh atau di penuhi baru sandang pangan, untuk papan saat ini dan yang akan datang akan mengalami kesulitan kecuali yang mempunyai orang tua cukup mapan dan mempunyai cukup harta untuk dihibahkan atau diwariskan ke anaknya.
Harga tanah yang saat ini sudah mengalami ganti harga yang mustahil untuk dapat di beli oleh masyarakat berpenghasilan menengah kebawah. Apalagi memikirkan membuat rumah yang juga saat ini harga bahan bangunan terbilang makin meroket. KPR / BTN saat ini menjadi sesuatu yang dipakai untuk memenuhi akan papan untuk menjalankan roda perekonomian lebih terarah. Hal ini juga akan menyedot keuangan secara lebih karena melalui kredit yang saat kita kalkulasi saat lunas bisa untuk mendapatkan antara 1,5 - 2 unit rumah. Hmmmmmmmmm.
Pemerintah saat ini memberikan stimulan baik melalui dana pusat, atau daerah bahkan melalui dana desa yang dikucurkan untuk pemenuhan perumahan swadaya yang diperuntukkan oleh KK miskin, dan ada kabar lagi program 3 KK satu rumah juga akan mendapatkan stimulan untuk membangun rumah. Semua itu adalah program pemerintah yang tujuannya adalah jangka panjang yang tentunya harus dijalankan sesuai juknis dan mengedepankan asas gotong royong.
Sedikit mengulas tentang pelaksanaan program program tersebut terutama program bedah rumah/ rumah swadaya. Ada beberapa yang dilaksanakan oeh TPK desa, ada juga yang dilaksanakan oleh tpk dusun. Akan tetapi untuk sarana dan prasarana tetep di pegang oleh TPK desa ( pemerintah ). Tentunya mereka akan sedikit bermain dalam pengadaan barang tersebut, sedangkan penerima hanya digelontori untuk biaya tenaga kerja. Menurut saya agar tidak terjadi hal hal demikian dana tersebut sebaiknya dibelanjakan secara mandiri oleh penerima langsung serta biaya pendampingan, pembuatan laporan pertanggungjawaban tidak diambilkan dari bantuan tersebut yang jika di beri nilai adalah antara Rp 15.000.000 dengan biaya tenaga kerja Rp. 2.500.000-Rp 30.000.000 dengan biaya tenaga Rp 5.000.000. Untuk standar tentunya harus benar benar sesuai spek yang ada/ditetapkan atau opsi lain adalah si penerima tinggal menerima kunci rumah tentunya sesuai standar yang telah ditentukan. Untuk desain bisa ditetapkan pemerintah, konsultan atau si penerima sesuai dengan dana yang tersedia.
Tingkat keswadayaan masyarakat dan si penerima bisa diwujudkan dalam hal gotong royong untuk meringankan beban. Saat menerima jika tidak ada swadaya jika pembangunan harus sesuai gambar tentunya juga tidak akan jadi sesuai yang diharapkan bahkan bisa mangkrak. Semoga kegiatan rumah swadaya di atas membawa dampak besar bagi kemaslahatan umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H