Lihat ke Halaman Asli

Perempuan Pengarsip (Bagian I)

Diperbarui: 4 Februari 2019   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Matahari sudah mulai memerah sinarnya, pertanda hari telah beranjak senja. Kantor sudah sepi. Waktu kerja sudah usai beberapa jam lalu. Fitri baru pulang mengunjungi beberapa desa, masih harus membereskan berkas-berkas sebelum menyusul rekannya pulang.

HP-nya bergetar. Ada notifikasi pesan masuk dari whats app. Agak segan Fitri meraih HP yang tergeletak di mejanya.

"Bisa ketemu sekarang, nggak?" pesan dari Riyan.

"Aku capai, baru nyampai kantor habis keliling desa. Siap-siap mau pulang."

"Pertanyaanku tidak dijawab."

"Masa nggak bisa menyimpulkan, sih?"

"Ya sudah. Nanti malam aku ke rumahmu."

Fitri semula hendak membalas lagi. Tapi nggak jadi. Dibalas juga nggak langsung dibaca, sudah keburu off, gerutunya.

Malam Sabtu bulan purnama, cuaca cerah. Tapi Riyan justru tampak gundah. Sudah lebih dari lima menit duduk di teras rumah Fitri, belum juga keluar kata-katanya.

"Tadi minta ketemu. Sekarang kok diam saja?" Fitri akhirnya buka suara.

"Iya. Ada yang harus kusampaikan, tapi bingung memulai dari mana."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline