Malam kian beranjak menuju kegelapan yang teramat tebal. Dan rasa dingin semakin menusuk pori-pori, bahkan sesekali membuat tubuh siapapun akan menggigil. Karena malam itu Kota Pemalang tengah diguyur hujan yang hampir lama tak kunjung datang.
Aku pun satu di antara mereka yang malam itu menggigil kedinginan. Hanya bertemankan secangkir teh, mataku masih belum menyerah dan badanku masih enggan direbahkan. Meski terasa sepi, tapi aku masih berharap seorang tamu akan datang dan menghangatkan dompetku.
"Ada tamu tuh. Giliran kamu,"
"Asyik. Akhirnya, ga jadi jomblo ini malam"
"Jangan seneng dulu. Belum tentu dompetnya tebel"
"Ah biar ga tebel asal cukup buat sebotol bir"
"Huh dasar! kumpulin duitnya buat masa depan"
"Apa? masa depan? jangan ngomongin masa depan di sini mba"
"Kenapa? memangnya akan selamanya mau di sini?"
"Huh... Bagiku kehidupan sudah berakhir di sini"
"Aku tak menyerah. Hanya realistis aja, rin. Mana ada yang mau dengan kita"