Sebuah ayat dalam al-Qur'an menyebut bahwa tak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Insya Allah termaktub dalam surah adz-Dzariyaat. Memang demikianlah adanya. Manusia wajib melaksanakan ibadah, salah satunya shalat. Malah dinyatakan oleh Rasulullah Muhammad saw, sholat merupakan tiang agama. Barang siapa yang lalai akan shalatnya maka ia berarti telah merobohkan agamanya. Dalam nash lainnya juga diberitakan bahwa amalan manusia yang pertama kali dihisab adalah sholat. Jikalau sholatnya dinyatakan baik, maka dianggap baiklah amaliah lainnya. Sehingga bisa disimpulkan, untuk menilai baiknya ibadah seseorang maka lihatlah sholatnya. Namun sayang, banyak dari kita yang masih menomor-dua ratus-kan sholat. Padatnya aktifitas kerap menyisakan waktu sempit untuk melaksanakan sholat. Akhirnya sholat dilaksanakan secara terburu-buru, bak ayam mematuk makanan. Tak ada unsur tuma'ninah sama sekali. Meluangkan waktu untuk Allah tak sampai sejam dalam sehari rasanya berat. Lagi-lagi alasannya adalah kesibukan. Menunda-nunda sholat juga tak luput dari kebiasaan. Bayangkan ketika kita tengah malahap hidangan, tiba-tiba Presiden menelepon meminta kita menghadap beliau. Aktifitas makan pasti tiba-tiba kita hentikan, segera berlalu menemuinya. Ini sungguh berbeda saat kita dipanggil Allah untuk menghadap-NYA melalui adzan sholat. Oh ya,... Ada pengalaman menarik tadi sore, tepatnya saat Sholat Ashar di masjid kantor. Kala itu ada seorang pejabat berjajar tepat di sebelah kananku. Beliau bermakmum sejak takbir pertama imam alias ikut sejak awal. Memasuki rakaat kedua saat hendak ruku', tiba-tiba ponselnya berdering. Keras sekali. Sayup-sayup, telingaku menangkap gerak-geriknya. Ternyata ia mengangkat telepon itu sembari berkata dalam Bahasa Madura yang artinya, "Oh.. Iya iya, saya segera menemui Anda sekarang". Begitu aku berdiri memasuki rakaat ketiga, beliau sudah tak ada lagi di sebelahku. Rupanya telah berlalu gara-gara dering ponsel tadi. Setelah salam, kuyakinkan diri melihat sekeliling. Ya benar, beliau sudah benar-benar tak ada dalam barisan jamaah sholat. Tampaknya telah keluar masjid untuk memenuhi panggilan seseorang di seberang telepon tadi. Aku hanya bergumam... Ternyata memang benar, banyak hal yang kita anggap lebih penting dari Allah. Salah satunya, ditunjukkan oleh aksi bapak pejabat itu tadi. Tapi, eiiitt! Ini peringatan pula bagiku. Seharusnya dalam sholat tadi, aku tak perlu mengurus dan memikirkan soal makmum di sebelahku itu. Karena dengan demikian, aku juga telah menganggap Allah tak begitu penting. Astaghfirullah. Hhh.... [*]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H